Mauliate Gendis

Fitri Handayani Siregar
Chapter #27

Andi mengungkapkan perasaan nya... 27

Sepanjang jalan, aku memilih diam karena aku tidak ingin membuat pak Andi bingung akan sikap ku terhadapnya, aku sudah punya Raja dan akan begitu seterusnya. Tidak ingin membuatnya mengharapkan sesuatu yang memang tidak ku harapkan. “Buk Gendis apa sudah memikirkan konsekuensi hubungan jarak jauh ini...?”  tiba – tiba saja ia menanyakan sesuatu yang menurut ku pribadi. “Maaf sekali pak, saya rasa tidak perlu harus menjawab pertanyaan yang sifatnya pribadi kan...?” Ia tahu mungkin aku terlihat kesal karena pertanyaan nya barusan.

“Saya mohon maaf bu, kalau pertanyaan tadi mengusik bu Gendis. Saya hanya berpikir tidak mudah untuk memperjuangkan sesuatu yang tidak terlihat di depan mata daripada yang tampak di depan saat ini..” bukan nya sadar dengan apa yang barusan ia tanyakan, malah membumbui ketidaknyamanan ini menjadi kecanggungan yang luar biasa. Aku menghentikan langkah ku dan berbalik ke arah nya. “Saya juga suka dengan kepribadian bapak yang langsung straight forward tanpa basa – basi, tapi semoga bapak tidak juga tersinggung dengan kepribadian saya yang juga suka langsung membicarakan apapun ke inti topik dari pembicaraan ini, maksud nya bapak apa sih sebenarnya karena saya gak mengerti arah pertanyaan ini kemana..?”  dia hanya tersenyum mendengar kekesalan yang ku tumpahkan dalam kata – kata barusan.

“Saya tidak memastikan apapun buk, karena kepastian hanya milik Allah. Saya hanya berusaha membuka pintu yang terkunci rapat itu sedikit saja, agar saya bisa masuk dan memperkenalkan diri...” kali ini ia tidak tersenyum seperti biasanya, wajah nya begitu serius menatap ke arahku, jujur saja aku merinding pada saat ia mengatakan kepastian hanya milik Allah dan ia berusaha untuk mengetuk pintu yang sudah terkunci rapat itu. “Pak, saya ini sudah punya hubungan yan serius dengan lelaki yang juga sudah dewasa seperti saya. Bukan hubungan main – main yang dicoba sebulan jika gagal coba lagi sampai anda beruntung pak. Ini hubungan dua orang dewasa yang di bangun atas dasar saling percaya...”  Aku tidak ingin membuatnya bingung, maaf kalau kata – kata ku kali ini agak sedikit keras dan berlebihan.

Ia tersenyum ke arah ku, “Buk Gendis saya menghormati keputusan bu Gendis apapun itu, tapi selagi ibu masih belum bergelar istri dari orang lain. kesempatan dan jalan yang sama masih terbuka lebar. Ibu hanya belum mengenal saya saja....”  Kami saling beradu pandang, aku memutuskan untuk diam dan tetap berjalan menuju ke rumah bu Sormin dan tidak berdebat dengan nya kali ini, Pak Andi pun memilih diam dan hanya berjalan berdampingan tepat di sebelahku. Sampai aku tiba di tujuan, kami masih saling diam dan tidak berbicara satu sama lain. “Pak, saya sudah sampai... terimakasih sudah mengantarkan saya sampai di rumah dengan selamat, tapi saya mohon ini yang pertama dan terakhir kali nya. saya tidak ingin bapak bingung dengan perasaan bapak ke saya, dan saya juga tidak ingin memberikan harapan apapun...” aku menutup pembicaraan kami dan melangkah masuk menuju pekarangan rumah bu Sormin.

Lihat selengkapnya