Mawar Biru

zee astri
Chapter #13

Dua Ksatria

Kejora berkedip

Membias cahaya kelip

Dua ksatria berkuda

Unjuk gada terkuasa

---

Selly terenyak dari kekhusyukan santap siang. Seseorang meletakkan nampan makan dengan sedikit kasar, menimbulkan bunyi yang mengganggu telinga. Mendongak, dilihatnya Kiky menarik kursi di seberang meja dengan muka tertekuk.

“Kiky, kamu kenapa?” sapa Selly dengan alis berkerut.

“Aku marah sama kamu.” Selly justru hampir tertawa mendapati teman baik, yang tidak pernah marah kepadanya itu bermuka masam. Seperti tidak cocok untuk wajah manis Kiky yang hampir selalu tersenyum.

“Marah kenapa?” Tapi gadis itu tetap menanyakan penyebabnya, mungkin sahabat yang sudah seperti saudara ini minta diperhatikan. Meskipun selama ini lebih banyak Kiky yang perhatian padanya.

Kiky melirik orang di sebelah Selly, Dewi yang sejatinya penghuni pertama meja di dekat jendela itu, menyadari arti tatapan Kiky. Pengusiran secara halus, seolah berkata, “Bisa gak lo minggat dulu!” Menyingkir adalah pilihan gadis berkaca mata bulat tebal itu.

“Kenapa kemarin kamu gak bilang kalau ibu akan pulang dari rumah sakit?” protes Kiky setelah Dewi pergi.

Selly meringis, tersenyum rikuh. Terlalu sibuk dengan Rey, membuat dia lupa mengabari pemuda di depannya itu. “Sorry Ky.” Menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada, Selly tulus meminta maaf.

“Lagian,” imbuhnya, “kemarin kan kamu ada kegiatan di kafe.” Selly tidak mengada-ada, kemarin memang jadwal Kiky bertemu dengan klien yang akan mem-booking kafe.

“Itu bukan alasan untuk gak ngasih tahu aku.” Kiky melipat tangan, rasa panas menjalari dada hingga ke ubun-ubun.

Kemarin selepas maghrib, dia bertandang ke rumah sakit. Membawa sebakul apel dan jeruk sebagai buah tangan. Seulas senyum sejuta watt telah dia persiapkan demi menemui Selly dan ibunya. Tapi, kamar Jasmine-052 itu rapi. Dua orang petugas baru saja mengganti seprai dan membersihkan lantai. Degupan jantungnya memompa cepat, rasa khawatir menyelinap. Bayangan bahwa Dita mungkin saja dipindah ke ruang ICU menyergap tanpa sapa.

Tapi jawaban yang dia dengar setelahnya adalah, “Ibu Dita baru saja pulang.”

Kiky bahagia, tentu saja. Apa yang paling diharapkan dari orang yang sakit selain kesembuhannya? Mencoba menghubungi Selly yang justru tersambung ke mailbox, membuat Kiky bergegas ke rumah gadis itu. Memacu mobil setengah mengebut, demi bisa turut berbagi bahagia.

Lagi-lagi, kejutan tak terduga yang Kiky lihat di depan rumah itu. Rey Atmaja keluar dari dalam diiringi Selly Anandita. Tampak akrab, entah mengobrolkan apa. Gadis itu mengantar Rey hingga ke depan pagar, bahkan membiarkan Rey pergi lebih dulu dengan dia yang tak melepas arah pandang hingga mobil tak lagi terlihat.

Demi Tuhan hasrat Kiky untuk turun begitu besar. Dia ingin mencecar gadis itu dengan ribuan pertanyaan. Tapi kewarasannya masih di atas garis batas. Dia tidak ingin membuat keributan malam-malam.

“Aku pikir kamu sibuk banget Ky, makanya gak mau ngerepotin.”

“Tapi kamu gak sungkan ngerepotin Rey?”

Lihat selengkapnya