Mawar Biru

zee astri
Chapter #15

Obsesi Kiky

-Karena aku menginginkannya hanya untukku-

---

Para penikmat asmara pasti sering mendengar jargon cinta tak harus memiliki. Bagi Kiky Wiratama itu sekedar omong kosong dari mereka yang memilih menyerah. Enggan berusaha demi bisa memiliki sang pujaan hati.

Sepanjang 21 tahun eksistensinya di dunia ini, hanya ada satu gadis yang berhasil mengetuk pintu hati pemuda itu. Awalnya Kiky pikir rasa nyaman itu sekedar perasaan wajar yang timbul antar teman sepermainan. Tapi perasaan macam apa yang membuatnya begitu marah ketika Selly diusili Dino, bocah gendut di dalam kelas mereka. Atau perasaan macam apa yang membuatnya merana bertahun-tahun karena sempat berpisah dengan Selly semenjak lulus SD? Dan haruskah dia mempertanyakan lagi arti degup jantungnya yang menggila ketika dia melihat gadis itu di SMA tempatnya menimba ilmu?

Kiky sebahagia itu, ketika mereka kembali bertemu. Berteman layaknya tidak pernah ada jarak dan waktu yang pernah memisahkan. Kembali merajut memori yang bukan sekedar kenangan anak ingusan. 

“Aku tadi melihatmu dengan Egi, kalian terlihat akrab.” Itu adalah ungkapan lain dari kata ‘aku cemburu’ ketika Kiky melihat Selly jalan beriringan dengan Egi Prasetya ketua kelas IPA 2.

“Biasa aja Ky, kaya teman sekelas yang lain,” jawab gadis berseragam putih abu-abu itu.

“Tapi Egi kelihatan tertarik sama kamu.” Ini adalah bentuk pencegahan selanjutnya. Egi si cowok rapi itu jelas terlihat menyukai Selly lewat bahasa tubuhnya yang tidak biasa. Kiky tidak mau dia kecolongan, keduluan start, lalu Selly akan menjadi milik orang lain.

“Oya?” Selly mengerutkan kening, mengingat seperti apa interaksinya dengan Egi. “Aku sih ngrasanya biasa aja Ky.” Gadis itu mengedikkan bahu.

“Bagaimana kalau suatu saat dia menyatakan perasaannya?” Tidak, Kiky belum mau berhenti mengejar jawaban dari Selly, dia harus tahu lelaki macam apa yang disukai gadis itu.

Selly melipat tangan di dada. “Lalu kalau misal aku terima apa itu akan menjamin aku dan dia akan berakhir bahagia?” Menatap Kiky intens, gadis itu melanjutkan ucapannya, “Kamu jelas tahu kaya apa kondisi aku Ky, dan aku gak mau buang waktu hanya untuk akhir yang udah bisa ditebak.”

“Bagaimana kalau ada yang benar-benar tulus?”

Selly tertawa miris. “Satu banding sepuluh juta penduduk Indonesia.”

“Bagaimana jika satu dari sepuluh juta itu ada di dekat kamu, selalu memperhatikan kamu?”

“Really?” Selly melebarkan mata berlebihan. “Aku jadi ngrasa kaya cinderella dicariin pangerannya nih.” Dan lagi Selly tertawa. 

Gadis itu tidak pernah benar-benar serius dengan perasaan cinta yang acap kali digemborkan oleh remaja seusia mereka. Selly acuh dengan segala bentuk perhatian laki-laki, karena seperti katanya tadi seseorang yang akan menerima dia apa adanya bisa dibilang langka.

“Bagaimana kalau aku bilang, akulah lelaki itu?” Kiky serius, mengucapkan kalimat itu dengan pandangan lurus menembus retina Selly dan jangan lupakan sensasi serupa detik bom waktu yang menggema dalam dada.

Selly berkedip, mengerutkan kening, lalu detik selanjutnya dia kembali terpingkal lebih hebat dari sebelumnya. “Kamu nglawak Ky,” katanya menepuk pundak Kiky.

“Gak usah sok serius gitu lah, aku jadi takut.” Perkataan Selly selanjutnya membuat Kiky turut tertawa dan mengamini lawakannya. 

Hal itulah yang membuat Kiky belum mau ambil risiko, membuat gadis itu risih hanya karena perasaan sentimentilnya adalah salah satu hal yang dia hindari. Lagi pula Kiky masih bisa bernapas lega dan berbesar hati karena belum ada satu lelaki pun yang bisa sedekat dirinya dengan Selly. Dia hanya perlu menunggu waktu sebentar lagi, saat Selly sudah benar-benar siap.

Namun, waktu yang ditunggu-tunggu Kiky justru diambil seseorang bernama Rey Atmaja. Awal kemunculan Rey ketika mereka memasuki perguruan tinggi yang sama sudah begitu menyita perhatian Selly Anandita. Rey tidak seperti kebanyakan lelaki lain, dia punya semacam magic yang bisa membuat Selly memberi perhatian lebih. Binar di bening mata Selly dapat Kiky lihat dengan jelas saat gadis itu bersama anak pemilik kampus.

Rey Atmaja mampu membuat gadis pujaan hatinya melanggar garis batas yang dia bangun sendiri. Selly menjadi semakin dekat dengan Rey. Dan Kiky Wiratama pelan namun pasti tersisihkan. Tidak ada lagi waktu jalan berdua. Bahkan untuk sekedar ngobrol saja Rey akan membuntuti.

“So, kalian sudah resmi jadian?” Pertanyaan Kiky ketika dia melihat sebuah cincin tak biasa melingkari jari manis gadis itu. Dari inisialnya saja Kiky sudah bisa menebak siapa pemberi benda itu. Terlebih menangkap ekspresi Selly yang spontan merona disertai senyum malu-malu.

Lihat selengkapnya