Mawar Biru

zee astri
Chapter #17

Nightmare

Mimpi buruk adalah ketika kamu mengetahui bahwa kamu tidak diinginkan lahir ke dunia.

*

“Anak haram ....”

“Anak haram!”

“Anak haram!”

Gerombolan anak kecil mengitari seorang bocah perempuan berseragam merah putih, menyorakinya dengan sebutan anak haram dengan mengelilingi sambil menepukkan kedua telapak tangan mereka. Serupa yel-yel kemenangan, sekumpulan bocah itu melantangkan suara dengan riang.

Sementara si bocah perempuan menunduk dalam. Surai hitam sebatas punggungnya, menjuntai ke bawah, menyembunyikan wajah si gadis yang memerah. Tangan kurus itu mencengkeram erat ujung tali tas punggungnya, mencari penguat.

Pernah dia mencoba menabrakkan tubuh ke blokade yang membentuk lingkaran itu, tapi yang ada dia justru terpelanting ke belakang. Tidak mampu menahan dorongan maha kuat dari sekumpulan bocah berbagai usia yang rata-rata lebih besar. Lalu mereka akan tertawa, ketika si gadis kecil terluka sikunya.

Belajar dari pengalaman, dia memilih diam. Membiarkan mereka puas lalu pergi sendiri. Atau jika sedang beruntung, akan ada pahlawan yang menyelamatkannya, mengusir mereka pergi.

“Hei, apa yang kalian lakukan?” hardik bocah laki-laki berseragam sama. Mendobrak benteng berbentuk lingkaran itu dengan satu dorongan, lantas merangsek masuk, menutupi tubuh si gadis kecil dengan badannya. Menjadikan diri tameng.

“Pergi kalian! Jangan ganggu dia!” Dia menggerak-gerakkan kedua tangan serupa kibasan, mengusir mereka.

“Kamu ngapain sih Ky, nolongin dia mulu?” ucap Dino, bocah lelaki berbadan subur.

“Kalian yang ngapain gangguin Selly mulu?” ucap Kiky tegas, tak gentar meski hanya seorang diri.

“Kamu masih mau berteman sama anak haram?” tanya Dino dibarengi tawa ejekan dari yang lain.

Kiky menoleh pada gadis kecil di belakangnya. “Selly bukan anak haram.”

“Kata ibu aku dia gak punya bapak berarti dia anak haram.” 

Awalnya, hidup si gadis kecil damai. Bersekolah layaknya anak-anak yang lain, meski dia tidak pernah diantar ayah. Meski selalu ibu yang mengambilkan rapor. Tapi dia bahagia, berangkat dengan senyum ceria, bermain dengan tawa membahana. Terutama karena dia punya satu teman setia. Kiky Wiratama.

Lihat selengkapnya