Apakah awal dan akhir berjalan bersamaan?. Aku rasa iya, tetapi bukan pada hal yang sama. Karena akhir dari kebahagiaan merupakan awal dari kesedihan.
🍃
Tanpa sadar aku tersenyum. Bunga seakan sedang bemekaran di dalam dadaku. Kupu-kupu seakan sedang berterbangan di perutku. Aku tau aku menyukainya, tetapi sekarang aku yakin bahwa aku benar-benar menyukai Aidan. Entah apa nama rasa suka ini, satu hal yang pasti, rasa suka ku pada Aidan berbeda dengan rasa suka ku pada teman ku yang lain. Aku menyukai dia lebih dari aku menyukai temanku. Aku suka menghabiskan waktu bersamanya.
Aku melirik Aidan yang sedang memandang lukisanku. Aku teringat kejadian yang Aidan meminta ku untuk melupakannya. Apakah dia akan melakukan hal yang sama?. Apakah jika aku mengatakan ‘aku menyukainya’, dia akan memintaku untuk melupakannya?. Aku takut dan aku tak ingin tau.
“Kenapa nama lukisannya finding hope? Inikan pohon.” Katherin menatap lukisanku heran.
“Karena saat aku melihat pohon itu, aku menemukan harapan baru. Saat itulah aku juga berkeinginan saat orang lain melihat lukisan ini, mereka bisa menemukan harapan baru dalam hidupnya,” jawabku.
“Wah, itu sangat bagus. Maknanya sederhana tetapi berharga.” Katherin tersenyum bangga padaku.
Selain pameran lukisan, aniversary sekolah tahun ini juga banyak menampilkan acara yang lainnya. Salah satunya adalah pengadaan acara seni dari semua kelas. Setelah melihat pameran, kami menuju ke lapangan sekolah untuk melihat acara seni. Kenangan penuh tawa bersama ini, rasanya tidak akan bisa hilang. Aku ingin kenangan ini tidak akan ada yang berubah, tetapi seperti yang kita tau. Tak ada yang tidak berubah sepanjang waktu, dan aku mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin.
🍂
Malam tahun baru. Malam terakhir di tahun 2014 dan akan datang pagi pertama di tahun 2015.
Aku kesal, benar-benar kesal. Sepertinya alam sedang tidak ingin bekerja sama dengan kami. Padahal rencana hari ini sangatlah penting, terutama bagi paman Hazan.
“Aku menyerah, aku tidak tau lagi bagaimana caranya mengendalikan angin ini, karena aku bukan avatar,” kataku, menatap paman Hazan yang sedari tadi sedang fokus dengan rencananya.
“Sebentar, aku sedang memikirkan sesuatu supaya rencana ini bisa berhasil,” tegas Paman Hazan.
Aku ikut menatap kumpulan kelopak bunga mawar merah di tanah yang sedari tadi menjadi fokus paman Hazan.
“Kita harus bisa menemukan sesuatu yang bisa menutupi ini,” kataku, kedua tanganku menunjuk ke arah kumpulan kelopak bunga mawar merah berbentuk hati, yang sudah rusak karena angin yang berhembus.
“Aku juga sedang memikirkan hal itu sedari tadi,” jawab Paman, menatapku dengan wajah berkerut jengkel.
Apa salahku? Kenapa dia malah terlihat melampiaskan amarahnya padaku?. Bukan salahku kalau angin sedang bersemangat berhembus hari ini. Apa aku menyebalkan karena berisik? Aku kan hanya berusaha membantu.