Mawar Biru

SZA
Chapter #1

Kembali

Aku baru saja terbangun sepertinya sebentar lagi aku akan sampai. Ku tengok ke arah luar jendela mobil, di kedua sisi jalan terbentang luas persawahan dengan bukit-bukit kecil di belakanganya. Kabut tipis nampak seperti permen kapas yang sepertinya ingin berlari menghilang dikejar oleh angin. Sudah sekitar delapan tahun aku pergi tapi nampaknya tak banyak hal yang berubah.

Sekilas kenangan delapan tahun lalu memenuhi pikiranku ku, kembali muncul dalam rentetan peristiwa. Aku membuka setengah kaca mobilku menghirup basahnya udara pagi. Hamparan sawah hijau, suara kicau burung dan aliran air sungai samar-samar terdengar. Aku selalu menikmatinya, semua kenangan di sepanjang jalan ini. Kehidupan sempurna ku, sebelum terebut jauh oleh orang-orang yang paling aku sayangi.

“Paman ini sudah jam berapa?”, tanyaku

Paman mengalihkan pandangan dari jalan, melirik sekilas ke pergelangan tangannya yang dibalut jam tangan. “Ah... sudah bangun kamu ternyata, hemz ini jam setengah lima sebentar lagi kita sampai.”

Aku terhanyut lagi dalam lamunanku. Tak lama kemudian, kami sampai di depan rumah sederhana. Tampak masih sama seperti dulu saat aku pergi, bahkan pohon kesukaan ku pun masih tetap ada di depan rumah. Bedanya ukurannya kini semakin besar dan terlihat semakin lebat daunya. Yang aku suka dari pohon ini adalah warna daunnya yang kekuningan, samar-samar orange terang, cocok sekali dengan lagit di sore hari.       

Dulu saat sore hari aku selalu duduk di teras depan memandangi pohon ini yang diterpa angin. Menurutku itu terlihat seperti musim gugur setidaknya begitulah pikirku di masa kanak-kanak. Dan karna aku hidup di daerah yang hanya punya dua musim jadi untuk memuaskan keinginanku melihat musim gugur seperti yang ada di TV aku melihat pohon ini saja.

Suara decitan ban mobil yang di rem mengalihkan perhatianku dari pohon itu. Aku keluar dari mobil, menuju bagasi mobil untuk mengambil beberapa barang yang aku bawa.

“Sini biar paman saja yang membawa kopermu.” Paman memindahkan barang dari tanganku ke tangan miliknya.

“Terima kasih,” sahutku dengan senyum.

Paman mendahului ku berjalan ke arah pintu rumah. Aku memandang ke arah rumahku sekali lagi, mencoba mencari-cari perbedaan apa yang mungkin saja terjadi disini. Rumah ini bergaya kuno dengan tembok kayu yang dihiasi oleh ukiran. Pintu rumah berada di tengah dengan jendela kecil di kedua sisi rumah.

“Sepertinya rumah ini tetap bersih meskipun sudah sebulan kosong,” kataku

“Ah, karna setiap minggu biasanya aku sama bibimu mampir kesini jadi rumahnya tetap terawat dan bersih.”

Setelah pintu dibuka, aku melangkahkan kaki memasuki ruang tamu degan tatanan yang sudah tidak kukenali lagi. Semua bagian dalam rumah sudah banyak berubah, semua perabotan telah diganti dan dipindahkan. Aku mengikuti paman, menaiki tangga yang memunculkan bunyi berderit. Tangga kayu ini masih terlihat kokoh meskipun telah memiliki suara keluhan.

“Karna setelah kamu pindah kamarmu ditempati oleh Alina jadi agak berubah sedikit.” Paman menurunkan barang yang dia bawa, menyusunnya di lantai.

“Iya gapapa, nanti aku bereskan sendiri.” 

Lihat selengkapnya