Mawar Biru

SZA
Chapter #11

Kenangan

Sebenarnya aku hanya ingin menyimpan kenangan-kenangan indah tetapi entah kenapa kenangan buruk menyusup dengan sendirinya. Mungkin inilah tanda bahwa rasa sakit merupakan tanda bahwa kamu hidup.

🍀🍀🍀

“Kamu juga suka menulis di buku harian?” tanyaku pada Aidan karena sedari tadi dia lama memandang ke arah deretan berbagai macam model buku diary di rak buku.

Dia menggeleng pelan, “Ibuku yang menyukainya. Dia dulu seorang penulis, dia sering membawa buku harian miliknya kemanapun dia pergi. Katanya siapa tau akan ada kenangan menarik yang seharusnya dia ingat. Dari situlah dia sering mendapatkan ide.”

Aidan pasti sangat menyayangi ibunya yang sudah meninggal. Meskipun Aidan tidak pernah bercerita dan mengatakan padaku bahwa ibunya telah meninggal tapi aku tau dari Bibi Aitria. Aidan pasti tau, aku mengetahui hal ini, karena aku dekat dengan Bibi Aitria. Bibi Atria tidak bercerita banyak, dan hanya mengatakan padaku bahwa kakaknya, yang merupakan Ibunya Aidan sudah meninggal dan karena itulah Aidan ingin pindah kesini, ke tempat masa kecil ibu yang dia rindukan.

“Kamu pasti sangat merindukan ibumu,” ucapku.

Aidan hanya tersenyum. Semenjak tadi Aidan seperti sedang menahan sesuatu. Entah apa yang dia tahan, dia tampak berbeda dari hari-hari biasanya. Saat tadi dia bilang dia benci hujan, sebenarnya aku ingin bertanya lebih lanjut tetapi aku tidak bisa. Sepertinya hal ini sangat sensitif baginya, karena sejak hujan turun di pagi hari dia sudah tampak berbeda. Dan barulah tak lama kemudian saat hujan sudah reda, Aidan mengajak aku mampir ke toko buku sebelum pulang ke rumah. Entah apa yang akan dia beli, sedari tadi dia terus memandang ke arah susunan buku harian di rak buku.

“Kamu mau beli canvas untuk melukis?” tanya Aidan, mengalihkan lamunanku tentang dirinya.

“Iya, karena sudah sampai sini jadi sekalian aja beli canvas sama cat juga sih.”

“Kamu suka menulis keseharianmu di buku harian?”

Aku sedikit terkejut dengan pertanyaan Aidan, “Yah, aku hanya menulis di buku diary saat ada kejadian yang menurutku spesial dan harus selalu diingat.”

“Kenapa kamu menulis kenangan itu? Bukanya kalau kenangan itu sangat mengesankan, maka akan kamu ingat dalam waktu lama, tanpa kamu tulispun kamu pasti mengingatnya.”

Aku tersenyum, “Kenangan itu akan bertahan lama jika kamu menulisnya. Saat kamu sudah tua dan menjadi pikun kamu masih bisa merasakan kenangan itu meskipun kamu susah mengingatnya. Dan kenangan yang ditulis akan bertahan meskipun pemilik kenangan itu telah tiada. Jadi suatu saat nanti masa dimana kamu yang telah tiada dan ada yang merindukanmu. Saat itu setidaknya masih ada peninggalan kenangan darimu yang dia miliki. Sehingga saat dia merindukanmu dia akan bisa merasakan kehadiranmu. Bukankah begitu?”

Lihat selengkapnya