Mawar Derana, Arum Lara

Anisha Dayu
Chapter #22

Bagai telur di ujung tanduk

Sebagaimana orang bijak berkata: kebohongan melahirkan kebohongan yang lain. Arum tak pernah berpikir kebohongan tentang kehamilannya justru membawa petaka. Ia baru mengetahui pasangan Ong belum memiliki keturunan sah bahkan sampai sepuluh tahun usia pernikahan mereka. Karena kondisi inilah status Nyonya Ong terancam, tetapi selama kakeknya masih menjabat sebagai Kapitan Cina, statusnya sebagai istri sah Tuan Ong akan tetap aman.

Masalah ini semakin rumit. Arum semakin terjebak dalam kebohongannya sendiri. Bagaimana ia mempertahankan kandungan bila sedari awal dia tidak hamil? Selama dua hari dirinya berpikir keras bagaimana caranya keluar dari masalah ini.

Hanya ada satu cara yang terpikirkan olehnya.

Paginya, dia menjatuhkan diri dari tangga lantai dua Rumah Anggek. Kakinya terkilir dan kepalanya terluka.

“Aku tidak suka kau menyembunyikan sesuatu dariku. Cepat katakan, apa yang sedang kau rencanakan?” tanya Nyonya A Lan yang baru sempat menengok di siang hari usai dia memenuhi janji temu dengan seorang kawan di Teluknaga1.

Arum menangis layaknya anak kecil di hadapan wanita itu. “Ini semua karena kebodohanku, Nyonya. Dengan ini aku akan memperbaiki semuanya.”

“Dengan mencelakai dirimu sendiri? Pernahkah kau terpikir apa yang kau lakukan sekarang sama saja seperti dirimu yang baru kupungut dulu?”

Arum gamang; antara menyangkal dan menyetuji perkataan Nyonya A Lan. Ya, dia memang tetap orang dungu dan kekanakan. Tetapi dirinya yang sekarang melakukan ini semua dengan tujuan untuk kabur dari masalah. “Nyonya A Lan, maukah kau berjanji kepadaku?” tanyanya kalut.

“Apa itu?”                                  

“Kau harus berjanji tak akan melarang apapun yang akan kulakukan. Kau juga harus berjanji untuk menutup mata jika terjadi sesuatu kepadaku.”

Nyonya A Lan mengulum bibirnya dan membalas ragu, “Baiklah.”

Arum berusaha tersenyum. “Aku juga mau minta satu hal kepadamu—aku tahu, aku orang yang tidak tahu diri, tapi ini adalah permintaan terakhirku kepadamu.”

Wanita yang telah menolong berkali-kali itu memberikan Arum kesempatan untuk berbicara tanpa bertanya.

“Jika suruhan Nyonya Ong kemari, bilang padanya jika aku telah kehilangan bayiku karena kecelakaan ini.”

Lihat selengkapnya