Mawar Merah

Yedida Petra
Chapter #3

2: Si Sambal Terasi

Anak perempuan yang duduk paling depan di dekat meja guru berbau roti kayu manis yang baru keluar dari panggangan. Anak laki-laki yang duduk di belakang bangku Maw menguarkan bau kaus kaki yang belum dicuci lebih dari dua hari. Anak perempuan berkuncir tinggi bak barbie yang berada di meja sebelah Maw berbau rambut yang hangus terkena alat catok, sementara anak laki-laki yang duduk di sebelah si barbie berbau sabun yang bersih.

Pekan orientasi siswa baru telah berakhir. Maw sudah bisa menghafalkan setiap bau khas yang dimiliki teman-teman sekelasnya, tetapi ia masih kesulitan mengingat nama mereka. Ia selalu ragu apakah ketajaman penciumannya itu berkat atau ketidakberuntungan, sampai suatu hari terjadilah peristiwa yang mengakhiri seluruh keraguannya.

Hari itu adalah hari pertama usai pekan orientasi. Jam enam pagi Maw sudah memasuki ruang kelasnya, padahal sekolah baru dimulai pukul tujuh. Mau bagaimana lagi, ayahnya harus mengantarkan ia dan adiknya ke dua sekolah berbeda yang jauh jaraknya, jadi mereka bertiga selalu berangkat pagi-pagi.

“Mawar! Pagi banget, datang ke sekolah!” Suara cempreng yang sangat bersemangat disertai bau sambal terasi menyengat nyaris membuat Maw terjungkal.

“Eh ... pagi ... Sambal Terasi!” Otak Maw masih terasa kosong, ia sama sekali tidak ingat nama temannya itu. Yang dia ingat hanya bau sambal terasi yang melekat di baju anak itu tiap pagi selama masa orientasi. Baunya enak, tapi hari ini terlalu menyengat.

Lihat selengkapnya