Mawar Merah Di Genggaman Terakhir

Valen Pahlintias
Chapter #5

Benda Terkutuk

Minggu-minggu pertama setelah pemakaman Michael adalah kabut yang dingin bagi Tia. Tubuhnya bergerak, makan, dan bernapas atas dorongan insting, tetapi jiwanya telah lama mati di aspal persimpangan jalan itu. Ia hidup dalam keterputusan yang total.


Tia tidak menangis. Ia tidak bisa. Air mata akan menjadi pengakuan, sebuah amnesti untuk rasa bersalah yang kini ia anggap sebagai identitas barunya. Rasa bersalah itu adalah beban yang menggerogoti, diukur dalam satuan waktu yang paling kejam: sepuluh menit. Sepuluh menit antara jam 22:40 (pesannya) dan 22:50 (detik nol).


Michael dimakamkan, dan kepergiannya terasa permanen, nyata, dan tidak bisa diperbaiki


Satu-satunya benda yang menghubungkan Tia dengan malam nahas itu, satu-satunya objek yang dibiarkan oleh petugas untuk dibawanya pulang, adalah mawar.


Mawar merah yang kini layu, kering, dan rapuh.


Mawar itu tergeletak di meja ruang tamu, di bawah cahaya lampu redup yang tak pernah Tia matikan lagi. Kelopaknya telah mengerut, warnanya yang dulu begitu terang kini menjadi merah kehitaman yang muram, seperti darah kering yang terserap ke dalam kain beludru. Noda tanah di tangkainya menjadi stempel permanen dari tempat Michael menghembuskan napas terakhirnya.


Tia duduk di sofa, menatap bunga itu selama berjam-jam. Ini adalah ritualnya: menghukum diri sendiri dengan melihat objek yang dibenci itu.


Mawar merah, yang tadinya merupakan lambang janji keutuhan Michael, kini adalah manifestasi fisik dari kegagalan Tia. Dalam duka, logika menghilang. Tia harus menyalahkan sesuatu yang konkret, sesuatu yang bisa ia sentuh, karena menyalahkan Michael terlalu menyakitkan, dan menyalahkan dirinya sendiri terlalu menghancurkan.


Benda Terkutuk.


"Kenapa kau harus sempurna?" bisik Tia pada bunga yang mati itu, suaranya serak hingga hampir tak terdengar. "Kenapa kau harus menuntut kesempurnaan Michael? Kenapa kau harus membuatnya terburu-buru?"


Ia tahu dirinya tidak rasional. Ia tahu Michael yang memutuskan berlari. Michael yang terburu-buru. Tetapi dalam duka yang mendalam, Tia membutuhkan sasaran fisik untuk menumpahkan gejolak emosi dan rasa bersalahnya. Mawar merah adalah target yang sempurna—simbol cinta yang ironis dan pengingat visual dari kengerian di aspal. Michael mempertaruhkan segalanya untuk benda ini. Dan benda ini menang.


Lihat selengkapnya