Mawar Merah Di Genggaman Terakhir

Valen Pahlintias
Chapter #7

Kebenaran Sang Pengemudi

Delapan Bulan Setelah Tragedi.

Setelah berbulan-bulan hidup dalam isolasi emosional, kebencian Tia mulai mencari jalan keluar yang lebih konkret. Rasa bersalahnya sendiri, yang terpatri dalam setiap sudut monokrom apartemennya, terlalu berat untuk ditanggung. Loteng terkunci, Mawar Merah tak terjamah, dan duka membeku. Michael sudah diampuni dalam ingatan, tetapi Tia belum diampuni oleh dirinya sendiri.

Kebutuhan akan pelampiasan menjadi kebutuhan yang mendesak. Tia membutuhkan monster. Ia memutuskan untuk mengalihkan kebencian yang selama ini ia arahkan pada Mawar Merah dan dirinya sendiri kepada individu yang bertanggung jawab secara langsung atas kecelakaan itu: pengemudi mobil.

Tia tidak mencari keadilan melalui pengadilan. Prosedur hukum telah selesai berbulan-bulan yang lalu; pengemudi telah menghadapi dakwaan dan hukuman ringan karena kelalaian, tanpa adanya faktor alkohol atau narkoba. Yang Tia cari adalah pembenaran; ia harus melihat wajah yang kejam dan jahat, wajah yang bisa ia salahkan sepenuhnya, sehingga beban sepuluh menit yang ia pikul bisa sedikit berkurang.

Melalui koneksi lamanya di kantor firma hukum (sebelum ia menutup diri), Tia berhasil mendapatkan alamat pengemudi. Namanya adalah Reno.

Dalam benak Tia, Reno adalah sosok ugal-ugalan, remaja kaya yang sembrono, yang menganggap nyawa orang lain sebagai permainan. Ia harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa tragedi ini adalah murni kejahatan eksternal, bukan hasil dari rantai peristiwa yang dimulai oleh keterlambatan Tia.

Hari itu, Tia memilih pakaian abu-abu paling tebal, seolah bersiap menghadapi badai emosi. Ia mengendarai taksi yang membawanya jauh ke pinggiran kota, ke lingkungan perumahan sederhana yang jauh dari gemerlap Distrik Finansial.

Rasa takut bercampur amarah membakar dadanya selama perjalanan. Tia memegang erat-erat gembok kecil yang ia ambil dari laci Michael sebelum mengunci mawar. Ia membawanya sebagai jimat, sebagai pengingat akan benda terkutuk di loteng dan mengapa ia harus melakukan ini.

Taksi berhenti. Tia terkejut. Rumah itu bukanlah rumah besar. Itu adalah rumah kecil, dengan halaman depan yang ditumbuhi rumput liar. Jauh dari citra pengemudi sembrono yang kaya raya.

Tia berdiri di depan pintu. Amarahnya terasa palsu, dipaksakan, tetapi ia harus melakukannya. Ia menekan bel.

Pintu terbuka. Bukan Reno, melainkan seorang wanita paruh baya dengan sorot mata yang letih dan tubuh yang membungkuk karena beban hidup. Ibu Reno.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya wanita itu, suaranya pelan dan putus asa.

"Saya... saya Tia. Kekasih Michael," kata Tia, suaranya serak dan menuduh.

Lihat selengkapnya