Mawar Merah Di Genggaman Terakhir

Valen Pahlintias
Chapter #8

Kebenaran dan Pengampunan

Sembilan Bulan Setelah Tragedi.


Sembilan bulan—sebuah siklus kelahiran yang ironis. Sembilan bulan yang Tia habiskan untuk hidup dalam isolasi monokromatis dan kebencian yang dikunci. Setelah kegagalannya mencari monster pada diri Reno, energi negatif Tia berbalik dan menghantam dirinya dengan kekuatan destruktif. Kebenciannya yang selama ini diarahkan ke luar, kini tertuju sepenuhnya pada dirinya sendiri, pada sepuluh menit yang fatal itu.

Tia tidak lagi menghindari warna merah, tetapi ia menghindari satu tempat dengan kepastian yang fanatik: Loteng.

Namun, ia tahu bahwa kedamaian tidak akan datang selama ia terus mengunci rasa bersalahnya. Reno, dengan duka dan kepolosannya, telah membuktikan bahwa tragedi itu adalah hasil dari sistem yang salah, bukan kejahatan individu. Dan satu-satunya cara Tia bisa melepaskan diri dari sistem yang salah ini adalah dengan menghancurkan simbolnya. Ia harus membuka kotak itu. Ia harus menghadapi mawar yang dibencinya.

Malam itu, Tia berdiri di tengah ruang tamu yang kusam dan sunyi. Ia mematikan lampu neon yang terang dan hanya menyalakan lampu lantai yang redup. Ia tidak ingin melihat detail. Ia hanya ingin menyelesaikan ritual ini.

Ia mengambil tangga lipat dari lemari penyimpanan. Suara gesekan logam tangga saat ditarik terdengar keras di keheningan apartemen, seolah mengumumkan sebuah proklamasi. Ia melipat tangga, menempatkannya tepat di bawah pintu loteng yang tertutup rapat.

Tangga itu tinggi dan terasa curam. Setiap langkah yang Tia pijak adalah langkah menjauh dari monokrom yang aman menuju kegelapan yang penuh risiko emosional. Ia naik perlahan menuju loteng.

Udara di sana pengap, tebal, dan sangat dingin. Bau debu dan isolasi menyeruak. Ia menyalakan lampu gantung tunggal yang redup. Cahaya itu memantul dari permukaan benda-benda lama yang berserakan, menciptakan bayangan aneh yang menari-nari. Loteng ini, tempat Michael menyimpan barang-barang yang kurang penting, kini terasa seperti gudang penyimpanan yang paling berharga dan paling menyakitkan bagi Tia.

Ia menemukan kotak kayu tua itu. Kotak itu tidak ditutupi debu; Tia telah meletakkannya di bawah tumpukan selimut, melindunginya dari waktu, menjaga kebenciannya tetap segar.

Ia menarik kotak itu keluar. Dinginnya kayu terasa menusuk di telapak tangannya.

Gembok kecilnya masih tergantung. Gembok yang dibeli Michael setahun yang lalu, sebagai lelucon untuk "mengunci hati mereka," kini menjadi kunci ke penjara Tia. Ironi itu mencekik.

Tia mengambil kunci gembok itu dari rantai kunci yang sama yang selalu Michael pegang—kunci rumah, kunci mobil, kunci hati. Klak. Gembok terbuka.

Suara kecil itu, bunyi logam yang dilepaskan, terasa seperti ledakan di telinga Tia. Seluruh tubuhnya menegang. Ia merasakan dorongan kuat untuk segera menutup kotak itu, mengunci kembali rasa sakit, dan lari ke bawah, kembali ke zona amannya.

Tetapi ia tidak bisa. Pengakuan yang ia dapat dari Reno telah membebaskannya dari pelarian. Ia harus melihatnya.

Tia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang bergemuruh. Ia mengangkat tutup kotak.

Di dalam, terbaring Mawar Merah Kering.

Sangat rapuh. Warnanya kini merah marun gelap, hampir cokelat, tetapi tetap menyimpan sisa-sisa kemegahan yang pernah ia miliki. Tangkainya lurus, tetapi terlihat rapuh. Bunga itu tidak lagi terasa dingin dan kaku seperti malam tragedi itu; kini terasa ringan, ringkih, dan sangat rentan—sama seperti Michael.

Lihat selengkapnya