Di dalamnya, Tia menemukan dua barang. Pertama, buku catatan kecil, usang, dengan sampul biru tua. Buku yang Michael gunakan untuk menulis kutipan favoritnya. Kedua, sebuah amplop surat yang disegel dengan lilin tua.
Tia mengambil buku catatan itu. Jantungnya berdebar-debar karena kegembiraan. Ini adalah tulisan Michael. Michael tidak hanya meninggalkan kunci, tetapi juga petunjuk.
Tia membuka buku itu. Di halaman terakhir, Michael telah menulis tangan sebuah paragraf singkat:
Tia, aku tahu kamu membaca ini. Kamu sudah tahu kuncinya. Kunci ini untuk pintu yang selalu kita idam-idamkan, tempat di mana tidak ada yang bisa layu. Aku harap kamu memilikinya. Aku sudah meletakkan kuncinya di tempat teraman yang aku tahu: di tangan Kakek Ryo. Karena dia adalah orang yang terakhir kali melihat bunga itu sempurna. Pergilah ke sana. Dan jangan pernah berlari lagi.
— M.
Tia merasakan kehangatan yang luar biasa. Michael, dengan segala kerumitan emosinya, telah merencanakan cara ini agar mereka bertemu kembali. Ia telah melibatkan Kakek Ryo, saksi terakhir dari obsesi Mawar Merahnya.