MAX. 25 TAHUN

Ara Segara
Chapter #13

Yang Berduka

My Kiara: Ombo, kita udahan aja ya. Aku mau putus dari kamu. Kita putus.

 

Membaca pesan singkat dari Kiara, Ombo langsung membalasnya.

 

Ombo : Kiara kamu lg dimana? Kita harus ketemu.

: Kiara kamu lg ngeprank aku ya?

: Kiara kamu serius?

: Kiara ayo kita bicarain baik-baik.

: Kiara salah aku apa? Bales dong.

: Kiara kita gak boleh putus, kita udah janji bakal sama-sama terus.

: Kiara aku gak mau putus dari kamu!

: Kiara? Kiara?

: Kiara jawab aku!

 

Semua pesan balasan Ombo untuk Kiara sepertinya tidak terkirim, dan Ombo menyadari hal itu. Ombo benar-benar bingung dan mulai ketakutan, tidak dapat memahami apa yang terjadi. Ia memiliki tanda tanya di wajahnya.

Sudah seminggu belakangan ini ia tidak bertemu dengan Kiara di kampus atau di luar kampus. Ia pikir itu karena kesibukannya menulis skripsi dan menemani ibunya jalan-jalan selama di Jakarta, tetapi mengapa berujung pada perpisahan yang tidak pernah ia inginkan?

Ini terlalu mendadak dan hampir membuatnya tak percaya.

Padahal, hari ini Ombo merasa senang karena baru saja mendapat persetujuan dari dosen pembimbingnya untuk melanjutkan skripsinya ke bab dua, tapi perasaannya mendadak hancur hanya dengan membaca pesan singkat yang dikirim oleh Kiara.

Tak ingin membuang waktu, Ombo bergegas mencari Kiara di setiap ruangan di lantai yang berbeda. Ia menyusuri setiap sudut kampus yang bahkan tidak pernah didatangi oleh Kiara. Baginya, kemungkinan sekecil apa pun tetaplah kemungkinan yang layak untuk diusahakan.

Meski sudah mencari ke seluruh sudut kampus, Ombo tetap tidak bisa menemukan Kiara. Lantas ia kembali lagi ke taman kampus. Keringat mengucur deras dari keningnya hingga membasahi wajahnya. Ombo mengacak-acak rambutnya sambil mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, berharap menemukan wajah perempuan yang sangat ia cintai.

Ombo menggigit bibir atasnya sambil berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya. Ia persis seperti orang yang sedang tersesat di antah berantah, tanpa tahu arah mana yang bisa membawanya pulang. Ia tampak sangat gelisah dan ketakutan. Di saat seperti ini, biasanya hanya Kiara yang dapat menenangkannya. Namun, kali ini berbeda, sebab Kiaralah yang menjadi penyebab utama dirinya merasa tidak tenang.

Kamu di mana, Kiara?

 

***

 

Dua hari berlalu begitu cepat, secepat arah angin yang mampu membawa manusia mengubah haluannya. Patricia yang sudah lulus tahun lalu, kembali menginjakkan kakinya di kampus setelah mendapatkan kabar bahwa sudah dua hari ini Ombo tidak kelihatan batang hidungnya.

Begitu melangkahkan kakinya di kantin, tidak sulit menemukan Jordi. Ia pasti duduk di pojok sambil asyik memainkan ponselnya. Patricia buru-buru menghampiri dengan wajah khawatir.

“Jordi, ini sebenernya ada apa?” Patricia mengucapkannya sambil duduk di hadapan Jordi, sontak membuat Jordi sedikit kaget.

“Ombo ngilang. Udah dua hari ini nggak ada yang lihat dia di kampus, padahal biasanya dia selalu ngerjain skripsi di sini,” jawab Jordi dengan wajah datar.

“Kok, bisa tiba-tiba hilang? Emang kamu nggak tahu dia ke mana? Kamu, ‘kan sahabatnya, Jor.”

“Dua hari kemarin tuh aku nganterin ibunya Ombo pulang ke Bandung, terus aku nginep semaleman di sana. Mana aku tahu si Ombo bakalan ngilang cuma gara-gara diputusin sama Kiara.”

What?” Patricia melotot tak percaya. “Ombo sama Kiara putus? Kok, bisa?”

“Ya bisalah. Wajar dong orang yang pacaran terus putus,” jawab Jordi enteng.

I meanit’s Ombo and Kiara. What happened? Kenapa mereka bisa putus, Jo?” tanya Patricia penasaran.

Jordi melirik sambil berpikir sejenak seolah ragu untuk menjawab.

“Jo?”

“Mmm… itu… si Kiara mutusin Ombo lewat chat. Nggak ada alesan, mungkin dia udah bosen sama Ombo.”

Patricia menyipitkan matanya menatap Jordi dengan seksama. Setelah ia pikir-pikir lagi, semua jawaban Jordi rancu dan tidak konsisten. Sudah pasti ada yang tidak beres.

Lihat selengkapnya