Maxon Wu Si Tabib Ajaib

Krisna Dwi Saputra
Chapter #4

Tangan gelap lima racun

Ia bertanya pada sang sopir, "Berapa lama lagi sampai ke rumah sakit kota?"  


"Belasan menit lagi, sudah hampir sampai." kata sopir itu.  


Maxon terdiam sejenak, menelepon sebuah nomor. Nomor ini ini adalah nomor seseorang bernama "Vincent Li", orang ini adalah orang yang dulu pernah pergi ke penjara untuk melakukan pengobatan untuknya. Setelah penyakitnya sembuh, ia sangat berterima kasih pada Maxon, ia memberitahunya bahwa dia bekerja di departemen intelijen, memiliki wewenang yang sangat besar, jika kelak Maxon ingin mencari seseorang atau petunjuk, ia boleh mencarinya.  


Hanya dalam beberapa detik saja telepon langsung tersambung, ia segera menyeritakan keadaannya, dan memberikan informasi penting mengenai Nelly.  


Setelah menutup telepon, Clarice bertanya dengan perhatian, "Kakak, ada apa?"  


Maxon menggelengkan kepalanya, wajahnya tampak galau, "Masih belum tahu, tapi kuharap tidak seperti apa yang kubayangkan."  


Tak sampai sepuluh menit, Maxon menerima sebuah informasi lokasi, itu adalah lokasi di mana Nelly berada sekarang, berada di tengah-tengah sebuah jalan yang jaraknya sekitar dua ratus meter dari barat rumah sakit.  


Ia segera memberi tahu sang sopir lokasi itu, dan menelepon nomor Nelly lagi, tapi, tetap tidak diangkat.  


Lima menit kemudian, mobil pun berhenti di pintu masuk sebuah gang tua yang sempit, sang sopir berkata, "Tidak bisa masuk."  


Maxon memberi sang sopir seratus RMB dam segera turun dari mobil, ia berlari sambil melihat handphone-nya. Clarice mengejarnya dari belakang, nafasnya sampai terpenggal-penggal.  


Setelah berlari seratus meter lebih, tiba-tiba Maxon berhenti, menurut navigatornya, Nelly ada di dekatnya. Di sebelah kirinya, ada sebuah gedung yang sangat tua, kedua pintunya terbuat dari kayu yang catnya sudah memudar.  


'Tok tok tok tok!'  


Maxon segera mengetuk pintu itu dengan keras, dan berteriak, "Buka pintunya!"  


Setelah berteriak dua kali dan tidak ada yang menjawab, Maxon pun langsung mendobrak pintu itu, engsel pintu yang cukup kuat itu pun langsung patah karena tendangan Maxon, kedua helai pintu itu langsung terpental jauh beberapa meter ke belakang, dan terjatuh ke atas lantai dengan keras.  


Begitu pintu terbuka, ia langsung melihat tiga buah rumah ubin yang tua, halamannya sangat berantakan, banyak sekali rumput liar, penuh dengan barang-barang tua.  


Mendengar suara dobrakan yang sekeras itu, orang yang ada di dalam pun terkejut, seorang pria muda berkepala botak pun lari keluar, usianya sekitar tiga puluh empat atau lima tahunan, kulitnya hitam, badannya gemuk, lengannya bertato kepala naga yang sedang marah.  


"Siapa?" Ia memegang sebuah pisau dapur di tangannya, tatapan matanya sangat keji, ia langsung berjalan ke arah Maxon.  


Maxon tidak memedulikannya, ia membuka Eye of Dimension, menatap ke dalam rumah-rumah itu. Ia melihat di rumah yang di sebelah kiri, ada seorang gadis yagn sedang berbaring di sana, baju luarnya telah terbuka setengah, siapa lagi kalau bukan Nelly? Di sebelahnya, ada seorang pria berusia dua puluh tahunan, yang sedang melihat ke arah jendela.  


Lihat selengkapnya