"Jangan melihatku seperti itu!" Mulutnya sibuk mengunyah ayam dan nasi yang sudah ku siapkan untuknya.
"Arsen, ayamnya masih panas. Tapi, ko kamu bisa lahap banget gitu sih makannya?"
Ekspresi wajahnya benar-benar datar.
"Aku lapar. Ya, meskipun panas, aku makan saja." Ia malah cengengesan.
Ah, dia memang begitu. Terserah dia, dan semau dia. Mana pernah dia menyebut namaku. Dia hanya menyebutku pendek, acil dan si jerawat.
"Jangan kagum dengan wajahku Cil, wajahku ini memang wajah baby face." Tegasnya, dengan wajah so imut nya.
Aku mendengus, "Heh, aku punya nama ya. Namaku Arunika!" Aku melotot padanya, "kenapa kau selalu memanggilku Cil dan Acil sih?, apa sih artinya Acil?"
Arsen tertawa melihat mataku yang membulat. "Rupanya kau seram juga ya jika melototiku seperti itu haha."
"Jawab!" Aku pura-pura membentaknya.