Maya di Langit

Sellia
Chapter #4

Rumah Apel

Solumi adalah desa yang terletak di dataran tinggi dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.

Desa itu bersih dan sepi. Jalannya beraspal walaupun sempit dan berkelok-kelok. Bentuk rumahnya juga lucu seperti rumah boneka dan berwarna-warni. Maya jadi ingin tahu seperti apa rumah kakek dan neneknya nanti. 

Maya melihat angkasa. Ia berharap bisa melihat pesawat terbang lewat sekali saja. Tetapi pesawat terbang itu tidak lewat juga.

“Di sini suka ada pesawat terbang lewat?” tanya Maya tiba-tiba.

Kakek menatap mata Maya dari kaca spion. Sedangkan Mama hanya mendengus, menggelengkan kepalanya dan menghela napas. Ia tampak sudah bosan mendengar Maya berceloteh tentang pesawat terbang.

“Entahlah kakek enggak pernah memperhatikan,” katanya sambil mengangkat bahunya. Kedua tangannya menyetir mobil dengan sangat luwes.

“Kakek pernah naik pesawat terbang?” tanya Maya lagi.

“Belum pernah,” jawab Kakek setelah mengingat-ngingat.

“Oooh,” kata Maya. “Kalau nenek?”

“Nenek juga belum pernah. Seumur hidup baru keluar kota ya ke kota Mughat. Waktu melihatmu lahir. Kamu ingin naik pesawat terbang?” tanya Kakek.

“Ya!” Seru Maya penuh semangat.

“Kamu akan menemukan hal lain di sini yang lebih baik dari pesawat terbang, Maya,” celetuk Mama.

Maya terdiam mendengar kata-kata Mamanya yang agak sinis. Ia tahu maksud mamanya.

“Mulai sekarang hidupmu akan lebih banyak dipenuhi dengan apel,” kata Mama, “dan Mama rasa kamu butuh variasi… supaya…. lebih berwawasan luas. Kau tahu maksud Mama, kan?”

“Apel-apelku manis dan wangi!” tambah kakek. Ia sangat percaya diri. “Kamu akan suka di sini karena apel-apel itu.”

Kurasa tidak, pikir Maya.

“Nah itu dia sekolahmu nanti,” tunjuk Kakek. Ia sengaja memelankan kecepatan mobilnya saat melewati sebuah bangunan persegi panjang yang cukup besar dengan banyak jendela dan halaman yang cukup luas. Maya melihat sekilas. Bangunan sekolahnya tampak tua.

“Sekarang sedang libur, jadi sekolahnya sepi,” kata Kakek, “biasanya jam 6 pagi sudah ramai.”

“Tunggu, jam 6 pagi?” tanya Maya terkejut.

“Ya, sekolah mulai dari jam 6 pagi.”

“Apa?” Maya tersentak. Biasanya jam segitu Ia masih tidur.

“Kamu akan terbiasa,” komentar mama.

“Mereka bangun jam berapa?” tanya Maya.

Lihat selengkapnya