Mayat Terakhir

yulisaputra
Chapter #2

Bagian satu

Puspita terbangun dengan keringat di sekujur tubuh. Ia terengah, menatap langit-langit kamar dengan pandangan takut. Aku sudah bangun, batin gadis itu melompat turun dari atas tempat tidur. Waktu menunjukkan pukul 11 siang. Apa sekarang hari minggu? Puspita yakin kalau baru kemarin masuk kuliah.

“Rosi? Kamu sudah merapikan kamar?” seorang wanita berkebaya lusuh tiba-tiba muncul dari ruang tengah. Ia membawa singkong rebus bertabur gula pasir ke arah Puspita. Gaya bahasanya sedikit kejawaan, mirip simbok, si pembantu rumah. Hanya saja ia jauh lebih muda dan cantik. Kalau rambut ikalnya digelung dengan benar, wanita itu akan pasti lebih sempurna.

Siapa? Puspita mengernyit, sadar kalau itu bukan rumahnya. Dinding beranyam bambu dengan lantai tanah itu, sungguh asing dan suram. Tak sampai di situ, ia bahkan dipanggil dengan nama orang lain.

Sial, apa aku masih belum terjaga?

“Kamu makan yang banyak, ya? Kasihan kalau anakmu bobotnya kecil nanti.” Wanita asing itu perlahan mendekat, mengelus perut Puspita sembari terkekeh kecil. Jemarinya sungguh dingin, seperti bekas memegang es.

“Ma-maaf, tapi...,”

Belum sempat membantah, mulut Puspita dijejali potongan besar ubi. Wanita itu mengabaikan penolakan Puspita. Sambil tersenyum kecil, ia mendorong paksa makanan lembek itu kuat-kuat.

Aliran napas Puspita hampir terhenti. Kalau  saja ia tidak nekad mendorong wanita itu untuk menemukan air minum, mungkin ia bisa mati sesak.

“Dasar anak kurang ajar! Sudah hamil di luar nikah, sekarang berani membantah!” teriak wanita itu histeris. Wajah yang semula rupawan, mendadak bengis. Puspita panik, melempar gelas yang sempat ia habiskan isinya itu, ke atas lantai. Ia berlari sembarangan ke seluruh penjuru gubuk. Anehnya, ia tidak dikejar. Suasana kemudian mendadak sunyi sekali. Lalu dunia mimpi itu berubah layaknya background putih.

Saat Puspita menoleh, ia melihat sebuah pintu yang terhalang kain merah. Apa ini jalan keluar? gumamnya mencoba mengatur napas yang masih tersengal. Diam-diam ia takut kalau suaranya terdengar oleh orang lain.

Akhirnya Puspita memutuskan untuk masuk. Begitu kain merah itu disibak, cahaya silau langsung menyerang matanya. Gadis itu menjerit, merasakan panas di bagian wajah. Tak lama kemudian, tubuhnya tiba-tiba serasa jatuh ke sebuah lubang tanpa dasar.

Mimpi, kapan ini berakhir?

....

“Mbak!”

Lihat selengkapnya