Mayat Terakhir

yulisaputra
Chapter #12

Bagian sebelas

Dua jam sebelum kematian Jenar.

Alif berulangkali mengabaikan dering ponselnya. Bukan karena sibuk saja, tapi itu panggilan dari Jenar. Rud tidak akan tinggal diam kalau ia membuat ulah lagi. Tepatnya ancaman skorsing sudah cukup membuat jera. Lagipula kenapa Jenar begitu keras kepala?

“Berhenti menelponku,” keluh Alif keluar dari lorong rumah sakit. Pikirannya jadi bercabang karena sedang menunggu telepon dari Den

 

Dari jauh, Rud menatap gerak-geriknya curiga. Mereka sebentar lagi akan kembali ke kantor polisi untuk memeriksa barang bukti, jadi ini mungkin moment terakhir ia bisa memperingati Jenar.

“Lif, aku mendapat petunjuk lain. Ini tentang kasus lima tahun lalu,” kata Jenar nyaris berbisik. Suaranya terdengar tenggelam, tertelan sunyi. Sebelum itu Alif memang memberi data penyelidikan tentang beberapa kasus yang mirip. Salah satunya pembunuhan berantai saat Rud masih bekerja sebagai asisten detektif. File itu tidak bisa diakses siapa saja, tapi akhir-akhir ini Rud membaginya. Ia berasumsi kalau kasus Bu Linah punya pola kejahatan serupa.

“Sudah dulu ya? Bisa-bisa aku nanti kena masalah lagi,” putus Alif menutup sambungan tanpa permisi. Ia mengabaikan fakta kalau suara Jenar terdengar gelisah dan berbeda. File juga hal lain sudah dikirim, setidaknya jangan lagi melibatkan teman dalam obsesi gilanya lagi, batin Alif berbalik menuju tempat Rud dan Aska.

“Kenapa dia?” keluh Jenar menatap panggilannya yang diputus. Alif biasanya tidak berani membantah. Sekarang segalanya berbeda, mungkin ia bosan dipermainkan seperti anak kecil. Hubungan tanpa makna mereka memang penuh omong kosong. Alif pasti berharap, Jenar berhenti mengulitinya untuk hal-hal pribadi.

Padahal kalau Alif mau mendengar Jenar sebentar lagi, mungkin gadis itu tidak akan mati. Tepatnya polisi akan mendapat petunjuk lebih tentang kasus lima tahun lalu.

Tapi terlambat, Jenar berjalan ke arah kematiannya sendirian. Menapaki ruas perbukitan menuju tempat Walang. Saat itu jam menunjukkan angka 17.45. Matahari sudah sepenuhnya tenggelam, sisa cahaya senja tidak mampu melewati rerantingan bambu dan akasia. Beruntung batrei ponselnya masih banyak jadi ia tidak perlu khawatir dengan gelap.

Bicara tentang Walang, Jenar sebenarnya sudah mengenal nama itu jauh-jauh hari. Dulu saat Puspita mengalami kecelakaan, pendonor jantung yang ia sembunyikan adalah seorang korban penusukan. Kebetulan juga itu adalah tetangga Walang. Namanya Omei, seorang gadis bisu yang sering menyisir sungai Jati untuk mencari ikan.

Saat kasus itu terjadi, Jenar masih berstatus sebagai calon polisi. Sedang Rud hanya detektif tahun pertama yang masih belum tahu apa-apa. Sebulan setelah kejadian itu, senior Rud mengalami kecelakaan tunggal lalu kasus kemudian ditutup.

Yang membuat Puspita curiga adalah daftar saksi kasus penusukan itu tidak pernah dirilis. Bukti lapangan terlalu bersih dan fakta lain menyebutkan kalau Omei hanya korban salah sasaran. Kesimpulan itu ditarik karena di hari yang sama seorang tahanan lepas. Mungkin Omei sedang sial dan tidak sengaja bertemu dengan penjahat itu di tengah jalan.

Omei adalah sosok istimewa yang menyelamatkan nyawa sang kakak. Jadi begitu kasus penusukan itu selesai, Jenar tidak lantas merelakannya begitu saja. Ia menggali info berkali-kali lalu sadar akan sesuatu. File kasus lama yang Alif kirim kemarin, cocok dengan ingatannya saat itu.

Lihat selengkapnya