15 April.
Jam enam sore.
Tubuhku bergetar. Mataku memanas. Dan aku tahu, saat ini, aku bisa ambruk begitu saja di hadapan seorang pria berusia lima puluhan yang tengah melihat ke arahku.
Aku merasa kekurangan oksigen saat sekilas aku melihat ekspresi wajahku bila sedang tersenyum yang tercermin dengan sempurna di wajah pria yang berdiri di hadapanku. Dia mengamati wajahku... dan menungguku untuk berbicara.
Priyadi Adidarna.
Seorang pria yang sudah lama kucari. Seorang pria yang sudah lama kuhindari.