MAYDARA

Rudie Chakil
Chapter #12

Persimpangan Jalan

Apakah setiap manusia berjalan pada dunia yang sama seperti yang kita lihat? Banyak orang mungkin akan berkata ‘iya’, tetapi menurutku, ‘tidak’.

Apakah waktu bertindak sama terhadap semua manusia? Kebanyakan orang mungkin berpendapat ‘sama’, tetapi aku pribadi berpendapat ‘berbeda’.

Apakah kamu benar-benar mengenal dirimu sendiri? Mungkin kamu akan menjawab ‘jelas’ dan ‘pasti’, tetapi sungguh, aku kan berkata ‘belum tentu’.

Aku juga tidak mengerti kenapa aku menafsirkan demikian? Yang pasti aku punya alasan tentang apa yang kupikirkan.

Ya ... aku memang punya pola pikir yang ‘kembar terpisah’ dengan orang lain. Kesamaan secara makna dan perbedaan secara konteks. Sebab aku seringkali merasa, kalau diriku juga berada di tempat lain selain di tubuh ini. Seperti melihat 'satu dunia yang sama dari alam yang berbeda, atau melihat satu alam yang sama dari dunia yang berbeda'.

Ah, sudahlah … seperti apa pun sudut pandangku dan orang lain, alam dunia tetap berputar, dan waktu tetap saja berjalan.

***


Bagaimana yah tawaran bekerja di rumah mewah itu?

Aku sih sebenarnya berharap dapat kerja di sebuah perusahaan saja, seperti praktek magang saat masih bersekolah. Karena biar bagaimanapun aku adalah anak STM. Passion-ku adalah tekhnik mesin industri.

Tetapi bila aku menolak, sama saja dengan aku menolak rejeki. Jadi, mestinya memang kuterima. Toh hal ini sekedar batu loncatan, sembari aku menunggu panggilan kerja di tempat lain.

Tapi jadi pembantu. Hahaha.

Aku menggeser mesin jahit mendekat pada pintu ruang tamu yang kubuka lebar-lebar, supaya proses pemasangan dinamo mesin jahit jadi lebih mudah dengan adanya penerangan dari luar. Sambil mengerjakan, aku terus berpikir tentang tawaran kerja di bidang jasa tersebut.

Ibu datang lalu duduk di kursi ruang tamu yang menghadap ke arah depan, sementara aku duduk membelakangi jendela.

“Dul, yang semalem itu orang kaya, yah?” beliau bertanya, dengan logat Betawi yang cukup kental.

Lihat selengkapnya