MAYDARA

Rudie Chakil
Chapter #18

Ketidaknormalan

Apabila dilihat dari arah kolam renang, teras belakang rumah ini juga cocok untuk dijadikan teras di depan rumah. Bagaimana tidak? Dindingnya keramik berwarna hijau. Pintu masuknya berupa pintu kaca yang bisa terbuka dari dua sisi. Depan dan belakang. Persis seperti pintu masuk Alfamart atau Indomart.

Di depan teras belakang ini terdapat pot-pot besar yang ditanami tumbuhan seperti pohon cemara yang berdaun halus. Ada juga beberapa pohon pisang hias yang sudah berbunga merah merona. Berjejer rapi di depan kanan dan kiri teras.

Tujuh buah sangkar burung tergantung pada langit-langit teras belakang ini, dengan ukuran, bentuk, dan model yang beraneka rupa. Di dalam tiap-tiap sangkar itu pun diisi oleh jenis burung yang berbeda-beda.

Sebelah kiri teras terdapat kanopi berwarna biru langit. Di bawahnya ada kandang besar yang berisi burung-burung kecil berwarna hijau dan biru. Sepertinya Bapak Agung adalah pecinta burung.

“Bapak Agung jarang pulang yaa, Mbak?” aku memberikan beberapa lap kering dan sekotak tissu padanya.

“Hmmm.” Wajah Mbak Tri menengok dengan raut yang menyembunyikan sesuatu.

“Kenapa, Mbak?”

“Kamu bisa dipercaya yah, Dul,” gumam wanita berwajah oval itu.

“Bapak jarang pulang setelah ada kejadian ini.” Tangannya tetap bekerja, mengelap pajangan berupa burung angsa berparuh panjang. “Duh, pusing, kalau bapak lagi berantem sama ibu, atau sama Non Keysia.” Lalu meletakkan pajangan yang telah kering itu ke sebelah kirinya.

“Dari dulu sering berantem, atau pas ada kejadian ini aja, Mbak?” tanyaku.

“Iya, sering. Ditambah ada kejadian ini, jadi tambah parah,” jawabnya.

“Ooh ... memang kejadian ini sejak kapan, Mbak?”

“Hmmm, udah berapa bulan yah? Setengah tahunan mah ada.” Mbak Tri berucap sambil berpikir.

“Awal bisa ada kejadian ini gimana, Mbak?” tanyaku lagi.

“Iya, aku juga enggak tahu gimana awalnya. Perasaanku sih enggak ada apa-apa. Tiba-tiba aja Non Keysia jadi kayak gitu.”

“Masa gak ada apa-apa sih, Mbak?”

“Iya. Non keysia juga enggak pernah cerita apa-apa. Aku jarang ngobrol sama dia. Non Keysia itu orangnya enggak bisa ditebak, gimana-gimana,” jawabnya.

Keysia anak yang cerdas. Pasti dia suka menulis tentang kisah hidupnya dalam sebuah buku diari yang disimpan di kamarnya. Pikirku, sambil mengelap pajangan kuda kaca yang berdiri dengan dua kaki belakang.

Ya ... coba kutanyakan pada Mbak Tri saja.

“Mbak Tri pernah lihat gak, buku diari Keysia di kamarnya? Pasti dia suka nulis buku diari deh, Mbak,” ucapku, membuatnya menengok.

“Bisa jadi. Tapi, aku enggak berani geratakan gitu. Memang pernah, saat aku masuk kamar, Non Keysia lagi nulis-nulis. Terus ada aku, Non Keysia langsung ngumpetin buku di laci kamarnya itu.” Mbak Tri lantas mengambil tissu, dan mengeringkan pajangan di tangannya.

“Oh ya, sebelum kejadian ini Non Keysia sempat di bawa ke rumah sakit,” sambungnya.

“Sakit apa, Mbak?” tanyaku langsung.

Lihat selengkapnya