David terus memacu mobilnya dan mengacuhkan wanita yang berada disampingnya. Wanita tersebut terus merengek untuk diantarkan ke sebuah tempat. Dilihatnya wanita itu dari spion kaca depan kemudi mobil, dan seperti dugaanya wanita tersebut tidak terlihat dalam spion.
‘’Aku mohon tolong antarkan aku ke kota Metro, aku sudah terlambat.’’ Ucap wanita tersebut.
David tidak menjawabnya, hanya menoleh sebentar kemudian pandanganya kembali lurus kedepan. Dalam hati ia merasa kasihan terhadap wanita tersebut karena sepertinya wanita tersebut masih belum menyadari bahwa ia bukanlah manusia lagi.
Bagi David yang memiliki kemampuan melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, hal seperti ini bukanlah sesuatu yang baru baginya. Ia sering bertemu dengan arwah manusia yang baru meninggal dan dalam beberapa kasus mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah meninggal. David bingung bagaiamana caranya ia memberi tahu kepada wanita yang ada di sampingnya bahwa ia sudah meninggal.
Pada akhirnya David memutuskan untuk tetap mengabaikan arwah wanita tersebut dengan mencoba peruntungan bahwa wanita tersebut akan pergi dengan sendirinya. Tetapi dugaan David salah, bahkan meskipun dia sudah berkendara selama kurang lebih satu jam dan hampir tiba di tempat tinggalnya, arwah wanita tersebut masih tetap mengikutinya.
Mobil David berhenti tepat di sebuah rumah panggung dekat tepi pantai. Rumah tersebut terbuat dari kayu dan beratapkan genteng yang terbuat dari tanah liat. Terdapat sebuah pohon katapang besar dengan tinggi sekitar tiga meter di depan rumah. Pada pohon tersebut tergantung sebuah ayunan yang terbuat dari ban bekas.
Rumah tersebut bukanlah satu-satunya rumah di tepi pantai, terdapat beberapa rumah dengan bentuk yang hampir sama, hanya saja jarak antara satu rumah dengan yang lain cukup jauh. Jarak yang cukup untuk membuat dua lapangan bola voli pantai.
David turun dari mobil dan lekas memasukkan tiga buah tong plastik besar berwarna biru yang terletak di belakang mobil ke dalam rumah satu persatu. Ia melihat arwah wanita yang sejak tadi mengganggunya berjalan ke arah laut yang hanya berjarak 150 meter dari rumahnya. Wanita tersebut tampak takjub akan hamparan pasir yang landai dan birunya langit. Beberapa kawanan burung cikalang berterbangan di atas pantai membuat suasana terasa damai.
Baru saja David memalingkan pandangannya, tiba-tiba dengan sekejap arwah wanita tersebut sudah berada tepat di depannya dan membuat David terkejut hingga menjatuhkan tong plastik yang diangkatnya.
‘’ Ya Tuhan!!.’’ teriak David.
‘’Ada apa?’’ tanya arwah tersebut.
Bukan hanya David yang terkejut, arwah wanita itu pun terkejut mendengar David berteriak.
‘’Bisakah kamu berhenti menggangguku!! ‘’
Kemudian David mengambil kembali tong plastik yang terjatuh dan pergi masuk ke dalam rumah.
‘’Mengganggu? Apa maksudmu? Aku cuma ingin minta tolong.’’
Arwah wanita itu mengikuti David masuk kedalam rumah.
‘’Aku akan bayar berapapun yang kamu minta, tapi tolong antarkan aku ke kota Metro. Aku tidak ingin reputasi yang sudah susah payah aku bangun hancur. Tolonglah, acara ini sangat penting untukku.’’pintanya
Mendengar itu, David menghela nafas panjang. Ia merasa harus segera memberitahu kenyataanya kepada wanita tersebut.
‘’Dengar..’’ David mencoba melembutkan suaranya.
‘’Aku tahu ini mungkin mengejutkanmu, tapi aku rasa kamu harus melupakan acara itu. Lepaskanlah semua bebanmu dan pergilah dengan tenang ke tempat peristirahatan terakhir.’’