Pasar Ikan ‘’Tetap Segar’’ adalah sebuah pasar yang khusus menjual ikan-ikan hasil tangkapan para nelayan yang pergi ke laut. Di pasar ini, banyak sekali jenis-jenis ikan yang dijual. Harganya pun relatif lebih murah bila dibandingkan dengan tempat yang lain.
Menjelang siang, hujan masih tetap turun rintik-rintik. Meskipun gerimis,kakek Adam tetap melakukan rutinitas seperti biasanya di pasar Tetap Segar. Bukan untuk menjual atau bahkan membeli ikan. Ia datang untuk menagih hutang kepada para nelayan maupun tengkulak yang sudah beberapa minggu masih menunggak.
Jalanan yang sedikit licin dan kakinya yang sedikit pincang, membuat kakek Adam berjalan sedikit terseok-seok. Namun tetap tidak menyurutkan semangat kakek Adam untuk mendatangi satu kios ke kios lainnya. David yang sebentar lagi akan memasuki jenjang universitas pasti akan membutuhkan biaya lebih tinggi pikirnya. Oleh sebab itu, ia tidak boleh bermalas-malasan.
Sebenarnya kakek Adam tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang ceti seperti sekarang ini. Hanya saja umurnya yang sudah menginjak hampir 70 tahun membuatnya tidak memungkinkan untuk pergi ke laut ditambah lagi dengan cedera di kakinya.
‘’Libur dulu y kek, udah beberapa hari ini hujan terus. Gak ada pemasukan ini.’’ Ucap salah satu tengkulak.
‘’Minggu lalu juga bilangnya begitu. Jadi mau bayar kapan?’’
‘’Ya, nanti lah kek. Musim hujan seperti ini sedikit nelayan yang berani pergi ke laut.’’
Saat Kakek Adam sibuk berdebat dengan tengkulak tersebut, tiba-tiba sebuah ponsel yang ada di sakunya berdering. Panggilan tersebut berasal dari sekolah David. Mereka memberitahukan jika David terlibat dalam perkelahian dan meminta Kakek Adam untuk datang sekaligus menjemput David. Kakek Adam pun langsung bergegas menuju sekolah David.
Dalam perjalanan menuju sekolah, kakek Adam terus mengkhawatirkan keadaan David. Ia khawatir jika cucunya mengalami cedera yang serius.
Sesampainya di ruang kepala sekolah, kakek Adam terlihat lega ketika mendapati bahwa David baik-baik saja. Justru lawannya lah yang pipinya terlihat bengkak dan hidungnya sesekali mengeluarkan darah.
Melihat kakek David telah datang, keluarga Billy langsung menyerbu Kakek Adam dengan sejumlah makian. Untungnya, kepala sekolah yaitu Pak Joni berhasil menjadi penengah di antara kedua belah pihak. Pak Joni mengajak keluarga Billy dan Kakek Adam untuk mennyelesaikannya secara musyawarah.
Setelah melakukan diskusi yang cukup panjang. Akhirnya disepakati bahwa keluarga Billy akan berdamai dengan syarat Kakek Adam harus memberikan kompensasi untuk luka yang dialami oleh Billy.
Mendengar hasil keputusan yang terlihat hanya sepihak itu, David mengepalkan tangannya. Matanya terbelalak memandang penuh amarah keluarga Billy yang terlihat menggunakan kejadian ini untuk memeras Kakek Adam.
‘’Lalu bagaiamana dengan aku?’’ tanya David. Kini semua perhatian tertuju padanya
‘’Apa hanya Billy yang menjadi korban disini? Tidak adakah kompensasi untuk korban kekerasan verbal sepertiku? ‘’ ucap David.
Mendengar ucapan David yang masih belum juga mengakui kesalahannya, Ayah Billy naik pitam. Sontak dia langsung berdiri dan meluapkan amarahnya.
‘’Kamu, udah salah masih saja meminta kompensasi. Kamu mau mengikuti kakek mu menjadi lintah darat? Mau memeras kami? Seharusnya kamu bersyukur kami mau berdamai.’’ Ucap ayah Billy.
David yang kesal mendengar itu hampir saja melayangkan pukulan kepada ayah Billy. Untung saja Kakek Adam segera menahannya dan menyeret David pulang.
Selama dalam perjalanan pulang ke rumah. David banyak sekali melakukan protes terhadap sikap kakekknya.
‘’Aku tidak sepenuhnya salah, kenapa kakek memberikan kompensasi kepada mereka?’’
‘’Tidak apa-apa David. Uang bisa dicari nanti.’’
‘’Bukan itu maksudku! Memberikan kompensasi kepada mereka itu sama saja kakek mengakui bahwa aku bersalah.’’
‘’Kakek tahu apa yang kamu rasakan. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Kamu memukulnya sampai berdarah itu sudah menjadi cukup bukti untuk mereka menuntutmu’’
‘’Jangan pernah bicara seolah-olah kakek tahu apa yang aku rasakan!.’’
Sesampainya di rumah David langsung turun dari mobil dan membanting pintu kuat-kuat.
Beberapa hari setelah kejadian itu David tidak pernah memunculkan batang hidungnya di sekolah. Meskipun ia berangkat pagi dengan seragam sekolah, nyatanya ia justru pergi ke pantai. Ia akan duduk di pantai selama kegiatan belajar di sekolahnya berlangsung dan kembali ke rumah setelah kegiatan belajar selesai. Ia bertindak seolah-olah ia pergi ke sekolah.
Sebenarnya kakek Adam tahu persis apa yang dilakukan David, karena Kakek Adam pernah mendapatkan telepon dari pihak sekolah yang menanyakan alasan David tidak pergi kesekolah.Tanpa ragu, kakek Adam mengatakan bahwa David sedang sakit sehingga tidak bisa pergi ke sekolah. Sebenarnya kakek Adam tidak merasa bahwa ia sedang berbohong. Karena saat ini David memang sedang sakit, meskipun bukan fisiknya yang terluka.
Hari ini adalah ujian kelulusan sekolah. Seperti biasa David bersiap-siap memakai seragamnya, dan melakukan aktifitas seolah-olah akan berangkat ke sekolah. Walaupun sebenarnya ia masih belum memutuskan apakah ia akan berangkat atau tidak.
‘’David…..!!’’
Terdengar suara yang sangat familiar memanggilnya dari luar.
‘’Nico….!!!’’
David terkejut ketika ia membuka pintu dan mendapati Nico berada di depannya.
‘’Ayo berangkat!!’’
Dengan sedikit memaksa Nico menyeret David untuk duduk di belakang sepeda motor miliknya. David pun yang awalnya sempat menolak terpaksa menurut karena ia menyadari bahwa Nico tidak akan menyerah sampai berhasil membawanya pergi ke sekolah.
Hari-hari berikutnya pun Nico selalu menjemput David dan memaksanya untuk pergi ke sekolah. Berkat Nico, David pun akhirnya mengikuti seluruh kegiatan ujian kelulusan.
David yang memiliki kemampuan akademik cukup baik akhirnya bisa melewati semua ujian dan berhasil lulus.
Hari ini adalah upacara kelulusan sekaligus perpisahan sekolah. Semua siswa kelas 12 di wajibkan untuk hadir ke acara ini. Sebenarnya, David tidak ingin menghadiri acara ini. Namun, lagi-lagi Nico muncul secara tiba-tiba di depan rumahnya dan menyeretnya untuk datang ke sekolah. Ia mengatakan bahwa ini adalah moment terakhir di SMA jadi David tidak boleh sampai melewatkannya.
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan yang membosankan bagi David, akhirnya acara kelulusan pun telah selasai. Di luar gedung, para orang tua sudah menunggu anaknya dengan buket berisikan berbagai jenis bunga. David yang menyadari bahwa ia tidak akan menerima satu buket pun berjalan santai menuju gerbang sekolah.
‘’David….!!!’’