Ini sudah memasuki hari kedua Mayo di kereta.
'hmm... Ini sudah hari keduaku di kereta. Walaupun disini terlihat menarik, karena pemandangan yang terus berubah-ubah setiap saat.... T-tapi, pantatku pegal kalau harus duduk terus...' Dahi Mayo berkerut sembari mengambil makanannya dari dalam tas ungunya.
Ada tiga porsi roti coklat dan satu porsi roti stoberi yang tersisa pada kotak bekalnya. Roti-roti itu Ia beli saat berada di peron sebelumnya, walau harganya termasuk mahal baginya.
'hahh... Pokoknya setelah sampai di Desa Rintik Salju, aku harus cepat-cepat cari pekerjaan. Sebelum uangku menipis...' Mayo membulatkan tekadnya.
Mayo memakan sisa roti miliknya seraya melihat jendela kereta. Hujan di luar sudah mulai mereda, tetapi hawa yang dingin masih mencekam. Walau sudah memakai sweater yang cukup tebal, tetap saja terasa dingin.
"Hahh... Sebentar lagi sudah mau sampai di perbatasan desa, yaa... Baru sampai di perbatasan desa Terik Matahari dan desa Langit Jingga saja sudah dingin begini, apa lagi di desa Rintik Salju...." Gumam Mayo sambil menutup bekalnya.
Tak lama kemudian, kereta sudah hampir sampai di peron Daun Maple. Peron Daun Maple berada di perbatasan desa Terik Matahari dan desa Langit Jingga.
"Mohon perhatian kepada seluruh penumpang, sebentar lagi kereta akan sampai ke peron Daun Maple. Terima kasih." kata seorang petugas melalui pengeras suara.
Tidak perlu waktu yang lama, kereta sudah sampai di peron Daun Maple. Mayo bergegas turun dari kereta sambil membawa tas selempangnya. *Mayo naik kereta khusus untuk perjalanan antar desa, jadi tas dan barang-barangnya bisa ditinggalkan di dalam tempat khusus barang bawaan penumpang.