"Minggir, lo!"
"Apaan sih?!"
Masa memanjangkan kepala bak jerapah yang tiba-tiba muncul ketika ada ujian mendadak. Ia melirik keluar, mencari siapa yang lagi membuat keributan di perpustakaan. Untung saja Bu Hila, guru piket hari ini sedang tidak ada di tempatnya. Tidak tahukah mereka jika perpustakaan itu bukan tempatnya adu mulut. Tidakkah mereka melihat tulisan yang terpampang jelas di dinding selurus pintu masuk dengan tulisan "Please Keep Silent" dengan tulisannya yang lumayan besar agar semua orang bisa membacanya dari kejauhan dan tidak lupa di bawah tulisan itu terdapat gambar orang yang mengeluarkan suara yang disilang.
"Lo ngapain?" tanya Masa kepada Afa.
Alfara Shinta atau yang biasa dipanggil Afa merupakan teman kelas Masa dari kelas sepuluh. Walaupun ada program perpindahan kelas menurut peringkat, anehnya Masa dan Afa tidak pernah berpisah kelas walaupun jarak peringkatnya bagaikan Sabang-Merauke. Tidak usah ditanya siapa yang Sabang dan siapa yang Meraukenya, biar mereka saja yang tahu.
"Oh! Jadi lo temannya cewek ini? Bilang ya sama teman lo ini, lain kali jangan buat gue emosi dengan menghalangi jalan gue," tukas cowok yang berdiri di depan Afa dengan nada tinggi.
Masa menatap cowok yang menunjuknya itu dengan kening mengerut. 'Apa sangkut pautnya dengan gue? Padahal mereka itu berdiri berhadapan, kenapa tidak bilang secara langsung. Dasar cowok aneh.'
"Lo yang salah, ngapain nyalahin gue?" ujar Afa.
"Lupa ya, lo yang berdiri di ambang pintu masu-"
"Ouh aja! Yuk Sa," potong Afa, lalu menarik Masa pergi dari sana.
"Heh, gitu kali ya cewek. Ada masalah dikit langsung pergi, menghindar itu gak menyelesaikan masalah, woi!" teriak cowok itu kesal.
Masa menoleh ke belakang, menatap sinis pada cowok yang dikagumi oleh cewek-cewek itu. 'Tampang doang yang lebih, kelakuannya tidak ada nilai tambahnya sama sekali.' desis Masa.
"Ngapain sih liat dia lagi, ayo jalan!" ujar Afa memutar wajah Masa ke depan menghadap jalan.
"Iya Fa, pelan-pelan," pinta Masa. Namun, Afa tidak menghiraukannya. Langkah besarnya tidak seimbang dengan langkah Masa yang pendek menyebabkan ia terjatuh.
"Kasian tuh, teman lo!" sorak cowok itu disertai tawa mengejek.
Masa berdiri lalu menepuk-nepuk roknya yang kotor.
"Maaf-maafin gue Sa," ujar Afa merasa bersalah.
"Gak apa, gue baik-baik saja," ujar Masa ketika melihat raut wajah Afa tampak cemas.
"Yuk ke kelas," ajak Masa.
"Yakin ga apa-apa? ke UKS dulu yuk mana tau ada yang lecet," ujar Afa.
"Iya gak apa-apa, yuk ke kelas bentar lagi bel masuk,"ucap Masa meyakinkan.
Afa mengangguk menyetujui, mereka berdua berjalan ke kelas menghiraukan cemoohan dari belakang.
Keduanya berjalan tanpa candaan. Afa yang melihat jalan sahabatnya pincang membuatnya bertanya, "Kaki lo lecet, Sa?"
"Gak, baik-baik aja ko," ucap Masa.
"Gak, tapi kenapa jalan lo pincang gitu?" ujar Afa sangar. "Gue kenal lo itu sudah mau tiga tahun Sa, bukan baru-baru ini. Gak usahlah bohong sama gue, kaki lo luka kan?"
"Gak tau, sakit sih, mungkin memar aja," ujar Masa cengengesan.