2011 adalah tahun yang memburuk, Mbah To mulai kehilangan ingatannya. Ia melupakan semua kenangan kami, dan mulai bertingkah aneh. Ia hanya mengingat sedikit cerita yang kami lakukan. Yang paling tak bisa kulihat sat itu, dia mencoba untuk sholat namun lupa dimana arah kiblat rumah kami. Hingga ia sholat menghadap ke semua arah berkali-kali, aku hanya bisa melihat dan menangis sedih sekali melihatnya dangan keadaan yang tak kami duga sebelumnya.
Namun tak apa, bilapun ia hilang ingatan setidaknya dia tidak hilang dari dunia. Aku percaya Allah akan melindungi Mbah To untukku, karna aku sudah berdoa sepenuhnya dengan hati yang ikhlas.
Hari-hari berlanjut, kulihat ia semakin terlihat kebingungan, ia selalu menatap sesuatu dengan pikiran kosong. Seperti ada yang ia ingin ingat lagi namun tidak bisa, sesekali aku membantunya untuk mengingat setidaknya nama dari anggota keluarga kami. Aku mendekatinya dan berkata,
"Mbah iki aku Kiki, putune samen seng paling samen sayang. Pinter ngaji, khatam Al-Quran, pinter pelajaran mesti rangkin, mbek nangisan"
"hehehe.."
Hanya ada jawaban itu yang terucap dari mulut nya, sepertinya perlahan-lahan saja untuk aku mengingatkannya tentang memori yang hilang. Suatu saat nanti dia akan kembali, dia akan kembali!! Aku yakin itu. Aku tak akan menyerah begitu saja untuk kesembuhan Mbah To, aku selalu membacakan Al-Qur'an disampingnya saat ia sedang duduk dengan tatapan kosong. Sesekali ia melihatku sambil tersenyum, lalu menunjukkan ekspresi seolah ia sedang mengingat ingat sesuatu yang sebelumnya pernah terjadi. Dalam hati ku aku hanya berdoa semoga Mbah ingat, semoga Mbah ingat. Berulang-ulang kuucapkan kalimat itu dalam hati, suatu hasil akan muncul dalam keadaan baik bila kita bersabar dan berusaha.
Di minggu pagi tepat di jam 09:00 WIB aku mulai menyalakan radio 10.3 FM, acara favorit kami. Tujuan ku lagi-lagi masih sama, masih tentang kembalinya semua ingatan yang ada dalam diri Mbah To, setiap minggu aku selalu seperti itu. Tidak ada salahnya kan untuk berusaha? Mencoba? Walau aku tau berkali-kali kegagalan aku alami. Itu tak seberapa dibanding perjuangan Mbah To untuk memberiku hak kasih sayang seorang ayah, saat lagu Didi Kempot mulai di mainkan aku menatapnya sedang di kamarnya ia sedang menuliskan surat seperti biasanya, setidaknya itu saja yang ia ingat hingga kini. Dengan keadaannya yang seperti ini dia banyak sekali menuliskan surat yang ia akan simpan di dalam kotak di bawah ranjang tidur nya yang kutemukan tempo hari lalu.
Aku masih belum kepikiran untuk mengambil surat tersebut, karna pasti ada waktu yang tepat suatu saat nanti. Sekarang aku hanya perlu fokus pada sekolah ku dan kesembuhan Mbah To.
Kegiatan sekolah ku masih sama seperti hal biasanya, sepulang sekolah aku selalu menghampiri Mbah To untuk bercakap tentang hal yang bisa mengembalikan ingatannya. Lalu memainkan musik Didi Kempot kesukaan Mbah To dari hp yang dibelikan ibu. Kata dokter, itu bisa jadi terapi dirumah.
Aku menunjukkan nilai ulanganku, nilai rapotku, dan semua prestasi yang baru kucapai kala itu. Untuk membuatnya bahagia. Aku tak kehabisan cara, entah ide itu dari mana namun ada saja ide yang kudapati untuk mengembalikan ingatan Mbah To. Sampai jungkir balik pun bisa dilakukan, dengan cara kocak pun tetap kulakukan. Huh..!! Memang sungguh melelahkan, jujur aku sempat ingin menyerah namun aku sudah berada ditengah jalan di perjalanan ku memperjuangkan hak Mbah To untuk mendapatkan ingatannya kembali.
Ada banyak lika liku perjalanan yang ku lewati sembari berkali-kali terjatuh dan berdarah lalu bangkit untuk mulai berlari lagi. Ada mimpi yang ingin ku capai, jadi aku harus berjuang. Karna tak ada perjuangan instan seperti mie goreng yang siap santap, dan seperti mudahnya membalikkan tangan. Ini keadaan yang ingin dibalikkan bukan tangan!! Jadi inilah perjuangan.
Banyak hikmah dari kejadian ini, seperti bagaimana kita memperjuangkan sesuatu.
Hingga di suatu pagi, tiba-tiba Mbahbuk menyuruhku untuk pergi sementara kerumah tetangga ku, entah kenapa kudengar Mbahbuk berkata bila ia titip aku sebentar disini karna ada bapak ku yang ingin menjemputku paksa untuk menyuruh ku tinggal dengannya. Mbahbuk menyembunyikan ku sampai bapak pergi, aku mulai bermain dengan kawan-kawan ku. Dan aku mengenal Reno, anak dari tetangga ku, rumahnya dekat sekali dengan rumah ku namun sayangnya ia tidak pernah keluar rumah. Aku mengenalnya karna wakti itu aku dititip kan ke tetangga sebelah rumah Reno pas. Ia tampan, dan cinta monyet itu mulai tumbuh.