Lebaran tahun ini, mencetak suatu sejarah yang berbeda. Kami harus bergantian dirumah menjaga Mbah To yang tengah terjaga sambil besholawat sepanjang hela nafas nya. Namun pandangannya mulai kabur, dia tak dapat lagi melihat jelas. Aku langsung berjanji membelikan satu kaca mata untuknya, agar dia bisa melihat lagi dengan jelas. Aku cari ampau lebaran sebanyak mungkin karna itulah cara terkhir ku untuk membantu Mbah To. Lelah ku berkeliling terbayarkan saat aku mampu memebelikan satu kacamata untuk Mbah To. Mbah To terlihat bahagia dan memakainya dengan gembira sekali. Hari raya ini harus sama dengan lalu, kita harus menemukan cara untuk bahagia. Dan Allah beri jalan itu. Sholawat yang terucap belum juga berhenti ia panjatkan, sampai dia kembali lagi tertidur. Setiap malam ia terjaga, mungkin mengkhawatirkan tentang kapan akhir dari umurnya.
Aku masih saja berfikir dia akan sehat, dan selalu sehat untuk kedepannya. Namun tuhan masih belum mengabulkan, mungkin suatu saat pasti tuhan kabulkan. Mbahbuk sedah terlihat menyerah, dia sering sekali marah marah dan menangis. Emosinya berubah ubah, bahkan sampai kadang bertengkar dengan ibuku atau kakak ku. Kami memakhlumi keadaan ini, kami tak pernah berhenti berdoa. Lebaran ini sungguhemberi kesan bagiku. Mbah To dengan kacamata barunya dan senyumnya yang tak henti membuat ku ingin memandangnya lebih lama dari biasanya. Karna sudah jarang sekali ada senyuman selama ini dari dirinya.