Mbah To

Kirana Putri Vebrianti
Chapter #3

Solo

Seperti yang sudah aku ceritakan dichapter sebelumnya, Solo adalah kota kelahiran Mbah To. Dan kali ini aku akan pergi ke Solo untuk menjenguk buyut ku yang sedang sakit kala itu. Aku berangkat ke Solo bersama Mbahbuk dan Mbah To, kami berangkat dari rabu malam tepat pukul 7 ba'da sholat isya'. Kami menaiki bis, kami harus gonta-ganti bis selama di perjalanan menuju Solo. Kala itu saat pertama aku pergi keluar kota, dan kali pertama aku menaiki kendaraan umum.

Perjalanan kami menghabiskan waktu 3 hari 2 malam, kami bermalam di bis dan makan di terminal singgah. Perjalanan kala itu sangat berkesan, karna di dalam bis kami saling membantu, menolong, dan berbincang seru menceritakan banyak hal mulai dari cita-cita, hobi, kampung hlaaman, pekerjaan dan banyak cerita lagi yang kami dan orang-orang dalam bis tersebut ceritakan. Kebahagiaan itu tiada dua nya, setiap kami berpindah bis kami selalu mendapat teman baru. Walau begitu keadaan dalam bisa sangat sempit banyak yang tak mendapat tempat duduk, dan saat aku tidak mendapat tempat duduk orang baik memberikan dua kursi untuk aku dan Mbahbuk duduk. Sedangkan Mbah To berdiri karna ia adalah seorang laki-laki, seperti yang kita tau laki-laki adalah sosok yang kuat.

Aku lebih menyukai perjalan di siang hari, karna aku dapat melihat-lihat kendaraan yang berlalu-lalang, sampai pohon-pohon ringin yang sejuk di sepanjang jalan yang kami lewati. Hingga aku tiba-tiba tertidur lalu bangun saat aku telah sampai di terminal berikutnya untuk menaiki bis berikutnya.

Akhirnya kami sampai di terminal Solo, kami menaiki angkutan umum sampai ke depan gang rumah Mbah To. Sesampainya disana kami mulai berjalan ke arah rumah Mbah To, rumah Mbah To berada di Wonogiri Yang aku tahu, rumah Mbah To dekat dengan suatu bendungan Gajah Mungkur di bawah pohon bambu yang lebat atau biasanya kami sebut dengan "barongan". Di sana aku bertemu dengan saudara ku, ia bernama mas Boro dan mas Nanang. Baru pertama kali kami bertemu kami langsung akrab, dan bermain bersama. Mas Boro dan mas Nanang sangat berbeda dengan temab teman ku di kota Batu, ia sangat baik dan tidak memandang harta sama sekali.

Lihat selengkapnya