HAI, GUE BELLA, penggemar berat Bollywood. Kebetulan, darah India mengalir di tubuh kakek buyut gue, tapi percaya deh, di keluarga cuma gue doang yang suka Bollywood. Makanya, kalau pas nonton film Bollywood, gue dicengin sama keluarga. Bahkan, hobi ini sempat dianggap “mengganggu”. Kasihan, kan, gue? Hahaha ....
Reaksi teman-teman gue juga nggak beda jauh, gue bahkan sering dianggap “alien”. Nggak jarang, mereka pasang tampang bengong karena hobi gue ini. Pernah, lho, suatu kali gue ditanya, “Kenapa, sih, nggak suka Korea aja, kan sekarang lagi zamannya?” Terus gue jawab aja, “Yah, mata gue kalah belo sama bintang film Korea.”
Well, speaking of Korea, tahu nggak kalau India dan Korea itu punya hubungan sejarah? Jadi, gue pernah baca di buku adik sepupu gue kalau zaman dulu, kaisar di Korea ada yang nikah sama putri dari India. Nah, paling nggak, itu nunjukin kalau Korea dan India jauh di mata, tapi dekat di hati. Hahaha. Bisa dilihat, kan, buktinya sekarang. Industri hiburan mereka sama-sama maju. FYI, seorang penyair India bernama Rabindranath Tagore pernah menulis dalam puisinya kalau Korea bakal jadi penerang dari Asia Timur. Hmmm, terbukti kan, ramalannya? Hehehe. Terus, ngomong-ngomong, Indonesia ada hubungan sejarah juga nggak, ya, sama kedua negara itu? Yah, siapa tahu bisa ikutan maju seperti mereka. Tetap optimis.
Sebagai warga negara Indonesia yang punya keturunan darah India, gue ngerasa terpanggil untuk belajar lebih jauh tentang bahasa dan budaya India. Jujur aja, di keluarga sudah nggak nerusin lagi adat istiadat India. Mungkin karena darah keturunan di keluarga gue sudah campur. And you know what? I used to hate Bollywood movies. Film Hindi yang gue suka cuma Kuch-Kuch Hota Hai. Namun, sejak gue nonton film Slumdog Millionaire yang bisa dibilang nggak kategori Bollywood, pandangan gue berubah 100% tentang India. Gue bisa merasakan suasana India yang kental dari film itu. Gue pun sadar, darah India yang cuma tinggal sekian persen di tubuh ini adalah sesuatu yang harus dihargai. Oh, I kind of wish my great grandfather, Sirajul Haque, heard this from heaven. He must become very happy and proud! Accha accha :p.
Nah, soal belajar budaya India ini, awalnya gue bingung nih, gimana ya, caranya mau belajar bahasa Hindi, Tari Kathak, and everything Indian culture related? Dan, pas datang ke Kedutaan India, gue mendapat informasi kalau memang ada tempat buat belajar budaya India di daerah Menteng. Hore! Namanya JNICC, singkatan dari Jawaharlal Nehru Indian Cultural Centre. Setelah cari tahu tentang JNICC di internet, jadilah gue ke sana buat les bahasa Hindi.
Yang jelas, pertama-tama ke sana, gue kaget setengah mati karena ternyata banyak banget keturunan India yang belajar di sana. Kebanyakan mereka punya darah India, lho, tapi karena nggak besar dan tinggal di sana, mereka nggak bisa bahasa Hindi. Seneng deh, setiap ketemu mereka, gue ngerasa kayak ketemu saudara sendiri. Hehehe. Lebay, ya? Bodo, ah! Dan, banyak juga, lho, orang Indonesia yang belajar di sana dengan berbagai alasan. Yah, pastinya karena mereka tertarik sama budaya India. Penasaran, kan, sama teman-teman JNICC? Mereka unik-unik banget, dari yang koleksi film India-nya sejibun, jodohnya orang India, sampai anak kecil yang tiap Sabtu belajar Tari Kathak dianter neneknya. Semua itu bikin gue sadar kalau I’m not alone in this world. Even if it was, that’s okay! Sometimes being a Bolly Geek has its fun parts! Hahaha! All right, here’s my full story.