Embun pagi mulai sirna karna sang surya telah menampakkan wajahnya. Burung-burung saling berkicau mengucapkan salam pada dunia. Tukang sayur mulai menjajakan dagangannya di sekitaran komplek. Ibu-ibu tengah sibuk meneriaki anak-anaknya untuk segera bangun. Sinar matahari perlahan masuk melalui celah-celah jendela. Sinar hangatnya menyentuh wajah Asti. Hmmmmm… Derham Asti merasakan panasnya matahari yang mengenai wajahnya. “5 menit lagi!” ucapnya pada diri sendiri. “Astiiiiii!!!!” terdengar suara melengking dari arah dapur. Matanya langsung terbuka seketika. “Mampus!!!! Ini kan hari pertama!!” teriaknya. Segera ia berlari dan mengambil handuknya bergegas menuju kamar mandi.
“Rggghhhh….” Pekiknya sambil berusaha mengancingkan blazer di bagian perutnya. “Padahal ini kan baru dibeli minggu kemarin, masa udah nggak cukup sih?” ujarnya kesal. Ia mengkempiskan perutnya kuat-kuat dan berusaha mengancingkannya lagi. Dan berhasil!!! Akhirnya blazer hitam itu berhasil juga dikancingkan. Ia pun menyisir rambutnya rapi. Poni ia cepit di sisi kanan. Tidak lupa memakai bedak dan juga lipstik merah. Ia tampak berkenyit di depan kaca. Ternyata bedak yang ibunya belikan tidak sesuai dengan tone wajahnya. Terlalu keputihan menjadikannya nampak sedikit…. Aneh?!
Asti menggelengkan kepalanya dan menepisnya cepat. Segera ia menyemprotkan parfum ke leher, tangan dan bajunya. Parfum yang sedikit mahal ini memang sengaja ia simpan untuk dipakai pada hari penting seperti ini. Yaitu hari pertama ia bekerja. Ia akan bekerja di perusahaan periklanan di daerah Setia Budi Jakarta. Perusahaan yang sangat terkenal karna sebagian besar iklan yang terpampang di televisi dan youtube adalah buatan perusahaan itu. Satu tahun yang lalu ia lulus dari Universitas swasta terkenal jurusan desain grafis. Setelah hampir satu tahun menganggur akhirnya ia diterima di perusahaan besar di umur yang menginjak 24 tahun.
Ia mencium wangi parfum itu dengan wajah tersenyum lebar. Wanginya tidak hanya harum tapi juga menenangkan. Ia tersenyum menatap bayangannya yang terpantul di cermin. “Kamu cantik banget hari ini!” ujarnya, kemudian ia berlari keluar kamar.
“Bu Asti berangkat sekarang ya!”. “Eh sarapan dulu!!!” teriak ibunya. Asti menggeleng, “Nanti sampai di sana aja! O iya bu, Asti udah dapet kos di deket kantor. Minggu depan udah bisa pindah!”. Ibunya mengangguk. Asti kemudian mencium tangan ibunya dan langsung berlari. “Asti tungguuuuuu!!!” teriak ibunya lagi. Asti berhenti dan membalikkan badannya. Ibunya langsung mencium kening Asti. “Kelupaan sun!” ujarnya. Asti tersenyum, “Berangkat dulu ya!”.
Asti menaiki angkot di pinggir Jalan Raya Ceger karena rumahnya terletak di daerah Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Lumayan jauh ke daerah Setia Budi maka dari itu ia memilih untuk kos di daerah sana mulai minggu depan.
“Gendut…. Gendut!!!!” ejek anak-anak SD yang berdiri di sebelahnya sambil tertawa mengejek. Asti hanya diam dan tak mempedulikannya. Ia terus sibuk memandangi jalanan menunggu angkot. “Gendut jelek!!” ejek mereka lagi. Asti yang tersulut emosi pun mengalihkan pandangannya ke arah anak-anak itu. Ia melotot seram ke arahnya. Anak-anak itu ketakutan lantas berteriak, “MONSTERRR!!!” sambil berlari meninggalkan Asti. “Hah!!!” Asti menghela napasnya.
Tangannya ia acungkan sebagai penanda agar angkot yang sedang lewat untuk berhenti. Ia pun masuk ke dalam angkot yang sudah terisi setengah itu. Beberapa kilometer angkot itu berhenti untuk menaikkan penumpang lain. “Geser geser!!!” teriak sopir angkot. Penumpang di dalam mulai bergeser. Asti diam karna memang sudah tak bisa geser lagi. “Geser teh!!!!” teriak sopir itu lagi karna hanya muat 1 orang padahal yang akan naik 2 orang. “Udah nggak bisa a’! Penuh!!” teriak perempuan di samping Asti.