Pagi hari Asti melewati jalan dimana ia bertemu dengan Harvin. Ia berharap bisa melihat Harvin lagi untuk mengucapkan terima kasih. Namun Harvin tak kunjung kelihatan. Ia menyesal kenapa kemarin ia tak meminta nomor Harvin. Begitu seterusnya di hari-hari berikutnya Harvin tetap tak terlihat.
Siang hari setelah pulang sekolah Asti turun dari angkot. Ia berjalan melewati gang masuk ke rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara motor berisik yang kenalpotnya sudah di modifikasi dari arah belakangnya. Tiba-tiba Bruuuuuk…. Tumpukan sampah basah mengenai tubuh Asti. Sampah plastik basah, telor busuk, dedaunan yang bahkan sudah berair mengotori tubuhnya. Baunya sangat menyengat. “Makan tuh sampah!” teriak Zuan yang tengah mengendari motor tersebut. Zuanlah yang melempar sampah itu ke tubuh Asti.
Asti memejamkan matanya. “Nggak papa, Asti kuat!” ujarnya menyemangati diri sendiri. Asti sontak mengambil tong sampah besar yang tergelinding di tengah jalan akibat dilempar Zuan. Asti takut jika pengendara motor lain akan jatuh karna tong sampah itu. Ia pun menaruhnya ke pinggir jalan agar tak menganggu. Beberapa orang yang lewat melihat Asti dengan sinis sambil menutup hidung mereka karna bau sampah di tubuh Asti benar-benar menyengat. Bahkan kemeja Asti sampai bercorak coklat akibat noda itu
***
Gangguan dari Zuan tak hanya sampai di situ. Hampir setiap hari Asti diganggu. Namun tak ada yang berani menolongnya. Mulai dari bangku Asti yang ditempeli permen karet, kolong meja penuh sampah, dan gangguan lainnya. Zuan selalu mengancam jika ada yang berani menolong Asti mereka akan bernasib sama dengan Asti. Teman-teman Asti yang awalnya hanya meledek bentuk badan Asti sekarang ikutan menjadi. Mereka menjauhi Asti terang-terangan, tak mengajak obrol seakan Asti tak ada, mengejeknya di depan wajah Asti dengan suara jelas. Bahkan Asti tak diindahkan saat dirinya bertanya kepada teman yang lain.
Asti merasa sangat berat menjalani kesehariannya di sekolah. Ia selalu berpikir apalagi yang akan dilakukan mereka besok. Ia sampai takut akan hari esok. Ia berharap esok tak pernah datang.
***
Pagi hari Asti berangkat ke sekolah seperti biasa namun sebenarnya ia ingin sekali untuk bolos sekolah. Tapi ia berkata kepada dirinya sendiri. “Kalau aku diremehkan karna badan aku akan buat mereka nggak meremehkan aku lagi dengan kepintaranku dalam bidang pelajaran yang nggak mereka miliki, supaya aku nggak diremehkan lagi! Aku akan belajar giat”. Ia pun bertekat mulai hari itu akan belajar mati-matian supaya ia tak diremehkan lagi.