“Selamat pagi!” sapa Asti dengan tersenyum mendapati Ratih datang. Ratih membalasnya dengan senyuman tipis. Hari ini Asti yang paling cepat datang karna kosnya yang dekat. “Selamat pagi!” sapanya lagi kepada Mery dan Tania yang datang bebarengan. “Selamat pagi!” balas mereka.
Mery menatap Asti dari kepala sampai ujung kaki. Ia sedikit berdecak. “Hei Asti! Mending loe jangan pake baju itu deh! Nggak cocok sama elo! Terus rambut loe nggak usah diiket ke belakang muka loe jadi keliatan lebar banget!”. Asti tersenyum, “Terima kasih kak Mery atas sarannya. Tapi Aku udah nyaman pakai baju ini. Dan lagi aku kucir kebelakang biar keliatan rapi!”. “Ya terserah loe deh, kan yang tau cocok apa nggak kan yang liat!” ujarnya sambil duduk di mejanya. “Tapi yang merasakan itu kan aku bukan yang ngeliat!” balas Asti. “Apaan sih! Udah jelek juga, belagu banget!” bisik Mery yang terdengar sampai ke meja Asti. Namun Asti tak mempedulikannya.
Ia dulu memang sempat membenci dirinya dan juga penampilannya. Apalagi saat melihat foto piknik ataupun foto dirinya di hp orang tuanya. Setiap kali ia melihatnya ingin sekali ia merobeknya atau membanting hp kedua orang tuanya. Ia merasa badannya terlihat aneh di sana. Ia merasa wajahnya pun terlihat sangat jelek. Tapi ibunya selalu berkata, “Liat nak kamu cantik banget di foto ini!” ujarnya yang selalu dengan senyuman sambil memuji dirinya.
Awalnya ia tak ingin melihatnya tapi setelah didengarnya ibunya berkata seperti itu entah mengapa ia melihat foto dirinya sangat cantik di sana. Ia pun mencoba melihat foto-foto dirinya yang dulu ia benci. Saat ia menatapnya dan mencoba untuk berkata “Cantik banget!” meskipun bertolak belakang dengan hatinya. Entah terdapat sihir apa di dalam perkataannya yang membuat ia menjadi cantik. Ia mencobanya lagi dengan foto yang lain dan benar-benar ajaib fotonya terlihat cantik.
Ia menyadari bahwa cantik dan jelek hanya ada dalam pikiran saja. Ketika kita mengubah pikiran kita dan berkata positif bahwa kita cantik maka alam semesta benar-benar akan mengubahnya sesuai apa yang kita katakana. Kita benar-benar akan menjadi cantik. Hal itulah yang membuat ia selalu memuji dirinya di depan kaca saat melihat bayangan dirinya. Membuatnya percaya diri bahwa ia cantik.
Jam 12 saatnya jam makan siang. Asti terus-terusan melirik ke arah ruangan Harvin. Sudah seminggu ia bekerja namun tak pernah ia bertatap muka langsung dengannya. Ingin rasanya ia berkata bahwa dia adalah anak SMA yang dulu ditolong Harvin 8 tahun lalu. Tapi karna kesibukan Harvin yang sering keluar membuatnya menahan diri. Dan lagi ia mendengar dari teman-teman ruangan kalau Harvin adalah sosok pemimpin yang keras dan galak. Hah apa benar? Kak Harvin yang kukenal dulu adalah sosok yang sangat lembut! Dalam hati Asti tak mau mempercayainya. Ia yakin Harvin bukanalah sosok yang dikatakan oleh teman-teman kantornya.
“Tan makan di KFC bawah yuk!” ajak Mery. Tania menghentakkan kaki kanannya. “Ah sorry Mer, gue mau diet hari ini!” ujarnya tak enak. “Aaah diet mulu! Mati muda loe entar! Ya udah deh gue turun sendiri!” gerutu Mery. Tania hanya nyengir menanggapinya. Mery melirik Asti sekilas.’Hah makan sendiri aja deh! Malu juga makan barengan ama dugong!’ batinnya kemudian melengos pergi.
Tania mengambil sebuah catalogue di dalam lacinya. Dilihatnya kanan dan kiri hanya ada Asti di sana. Ia menghela napasnya kemudian berdiri membawa buku itu. Ia mendekati Asti yang tengah membuka bekal makanan buatannya sendiri. “Asti..” panggilnya. Asti menegakkan kepalanya. “Hmmm…. Asti gue ada produk bagus, mau liat?” pintanya. Asti mengernyitkan dahinya tanda tak mengerti.
Tania menarik kursi dan duduk di depan Asti. “Jadi gue punya susu yang ampuh banget buat nurunin berat badan! Gue juga teratur minum ini! Minggu pertama minum langsung turun 5 kg. Sekarang berat badan gue cuma 40!” ujarnya sambil membuka catalogue-nya. Di sana terdapat gambar produk yang ditawarkannya dengan berbagai keterangan.
Asti malah menatapnya dengan pandangan kasihan bukan pandangan tertarik. Ia merasa betapa kasihannya Tania yang tingginya kira-kira 165 cm dan hanya berbobot 40 kg. Tak bisa dibayangkan seberapa keras ia tak makan dan menahan laparnya hanya untuk mencapai berat badan rendah itu. Dan lagi jika dikalkulasi berat badannya bukan berat badan ideal jika tingginya memang 165 cm. Hah mungkin ini yang menyebabkan wajah Tania terlihat lesu sepanjang hari. Ia sepertinya benar-benar kekurangan nutrisi. Betapa tersiksanya dia pikir Asti.
“Nah sekarang ini lagi ada promo! Kalo loe beli 3 dapet potongan 300rb plus gratis satu. Percaya sama gue! Nggak ada sebulan bisa dapet badan sebagus ini karna susu ini!” ujarnya sambil berdiri dan memperlihatkan lekuk tubuhnya. “Loe pasti bisa kurus cepet karna minum ini!” ujarnya dengan senyuman di bibir.
Kedua tangan Asti saling bertautan lalu ia memandang Tania. “Kak maaf, jujur aku nggak ada niatan untuk jadi sekurus kakak! Dan lagi aku masih dalam pengobatan jadi dilarang untuk minum obat selain dari dokterku!” tolaknya halus. Seketika wajah Tania berubah. Wajahnya terlihat sangat masam. “Ya udah kalo loe nggak mau! Badan gendut begitu apa bagusnya dipelihara! Gue mau nolongin elo karna gue kasihan sama loe, banyak orang yang ngomongin badan loe dibelakang!” ujarnya dingin yang langsung kembali ke tempat duduknya.