“Asti kamu dipanggil Pak Harvin!” ujar Ratih seraya keluar dari ruangan Harvin. Asti menundukkan kepalanya, ‘Bakalan ada apa lagi?’ batinnya ketakutan. Saat ini ia tengah berprasangka buruk, ia merasa panggilan Harvin terkait perbaikan design iklan sepatu yang dua hari lalu ia kumpulkan ke Ratih. ‘Hah apa waktuku untuk bekerja di perusahaan ini hanya sampai di sini aja?’ batinnya lagi. Ia pun berdiri dan mengambil napas dalam seraya menyiapkan dirinya untuk menerima omelan lagi dari Harvin.
“Duduk!” ujar Harvin sambil membolak-balik bendelan kertas. “Ada apa Pak Harvin panggil saya?”. Harvin menutup bendelan di depannya dan menyerahkannya ke Asti. Asti memiringkan kepalanya menatap bendelan itu dengan tatapan tak mengerti. “Saya mengapresiasi hasil design kamu yang kedua!” ujarnya dengan senyuman. Asti masih tampak bengong. “Design kamu sangat baik melebihi ekspektasi saya! Ternyata IPK-mu sesuai dengan kemampuannmu!”. Asti tersenyum lalu menundukkan sedikit kepalanya, “Terima kasih pak!”.
“Tapi design-mu tidak jadi dipakai untuk iklan sepatu besok! Melainkan design dari Bu Ratih yang akan menggantikannya!”. Deg jantung Asti terasa berhenti. Apa maksudnya? Kenapa malah jadi seperti ini?