Zuan berdiri sambil membaca skenario yang tebalnya hampir 50 halaman untuk seluruh scene hari ini. Ia terus menghentakkan kakinya ke tanah. Ingin rasanya ia meremas kertas skenario itu dan membuangnya. Ia sangat kesal, ingin sekali ia memukul direktur agency-nya yang membuat kontrak sepihak dengan production house yang menjadikan dirinya pemeran utama dalam film layar lebar. Agency-nya tak membicarakan hal ini lebih dulu dengan dirinya. Mungkin karna agency sudah hapal bahwa Zuan tak akan menerima tawaran itu. Zuan memang menghindari acting walau sudah beratus tawaran datang kepadanya sejak ia menjadi model karna ia menyadari bahwa dirinya tak pandai ber-acting.
Sebenarnya ia ingin membatalkan kontrak itu tapi jika ia membatalkannya ia akan dikenakan pinalti 3M dan agency tak mau menanggungnya. “B*j*ng*n!!!” umpatnya terus sambil membaca skenario. “Zuan kita take scene pertama ya!” panggil director. “B*j*ng****n!!!!” umpatnya lagi.
***
Harvin terus tersenyum saat berjalan membelah deretan baju pria sedangkan Asti di sebelahnya tampak kikuk. Tadi pulang kantor Harvin meminta Asti untuk menemaninya membeli dasi dan kemeja di atrium mall.
“Ini gimana?” tanya Harvin sambil meletakkan kemeja warna biru muda di depan badannya. Asti tampak berpikir, “Bagus kak!”. “Aaah kalo dipaduin ini bagus nggak?” tanyanya sambil mengambil dasi berwarna hitam di sebelahnya. Lagi-lagi Asti tampak berpikir ”Nggak kak! Mending dipaduin dasi yang merah itu aka kayaknya lebih bagus!” ujar Asti sambil menunjuk dasi merah disebelahnya. Harvin tampak tersenyum, “Okeee tunggu bentar ya aku cobain dulu!” ujarnya.