Sepanjang jalan mereka bertiga hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesekali Harvin melihat Zuan dari kaca mobilnya. Ia merasa pernah melihat Harvin selain dia adalah seorang model. Entah mengapa rasanya ia pernah bersinggungan dengan Zuan dan itu bukan hal yang baik.
“Tumben kamu pake rok? Cocok!” ujar Harvin memecah keheningan. Wajah Asti tampak memerah ia pun tak tau mengapa. Padahal ia sudah takut akan dinilai buruk oleh Harvin karna penampilannya hari ini. “Cocok darimananya?” ujar Zuan menanggapi dan dengan nada yang menyebalkan.
Asti dan Harvin memandang Zuan bebarengan dan tampak jengkel. “Ah sorry bukan gitu kok maksud gue! Hehe” ujarnya sambil nyengir. Zuan tak tau mengapa hatinya saat ini terasa panas menatap punggung Asti dan Harvin dari belakang.
***
Mereka makan di salah satu restoran seafood di bilangan Tebet. Lagi-lagi perasaan menyebalkan menghinggapi Asti. Mereka bertiga menjadi pusat perhatian di restoran itu. Kemarin di mall bersama dengan Harvin dia menjadi bulan-bulanan para SPG tapi sekarang lebih parah lagi karna ditambah dengan kehadiran Zuan. Ia mencoba tak peduli tapi entah mengapa saat bersama Harvin cibiran itu terasa jelas di telinganya.
Tatapan Harvin sangat tak mengenakan. Terlebih saat ini ia duduk di depan Asti namun malah Zuan yang duduk di sebelah Asti. Begitupula dengan Zuan, sedari tadi ia menyembunyikan rasa kesalnya terhadap Harvin. Sedangkan Asti merasa ingin cepat pulang akibat tatapan tak mengenakan dari pengunjung lain.
Tak butuh waktu lama pesanan mereka akhirnya datang. Harvin memesan tenggiri, Zuan cumi balado dan Asti kepiting. Mereka tak banyak ngobrol karna suasana yang begitu dingin.