Zuan masuk ke sebuah bar langganannya. Ia memesan tequila dengan kadar alkohol tinggi. Hatinya terasa sangat tak nyaman. Ia terus menundukkan kepalanya sambil menunggu bartender meracik minumannya. Ia terus mengumpat ke dirinya sendiri. Rasa bersalah yang teramat dalam kepada Asti menyelimutinya. Kepingan adegan saat ia membully Asti satu persatu menyatu tampak nyata dan menjadi memori menyakitkan bagi dirinya saat ini.
Zuan meneguk gelas berisi tequila di depannya dengan cepat. Tanpa terasa sudah hampir gelas ketujuh ia meminumnya dan ia pun tak sadarkan diri. Bartender tampak bingung bukan hanya bagaimana Zuan akan membayar tagihan minumnya tapi siapa yang akan membawa Zuan dengan kondisi mabuk berat seperti ini.
Bartender itu pun mengambil hp Zuan yang tergeletak di meja. Kebetulan hpnya tengah menyala tanpa terkunci. Ia melihat di layar hpnya yang telah terbuka sejak Zuan belum mabuk dan di sana terbuka kontak Asti. Bartender itu pun menghubungi Asti.
***