Asti bengong sambil menghadap ke depan. Ia tengah membolak-balikkan skrip untuk iklan hari ini. Meski tangannya sibuk membolak-balikkan bendelan skrip tapi matanya kosong dengan pandangan ke depan. “Astiiiii!!!!” panggil Mery keras sambil membuyarkan lamunannya. Asti terkesikap. “Ayok! Tinggal 30 menit lagi mulai!” ajak Mery. “Aah iya iya!”. “Eh utang gue yang terakhir, bulan depan ya gue bayarnya!” ujar Mery tak enak. Asti hanya mengangguk dan masih tampak bengong.
Sore nanti adalah penentuan tanggal pernikahannya. Setelah pulang kerja ia sudah harus pulang ke rumah untuk membicarakan pernikahannya dengan Jupri. Sebenarnya ia masih tak yakin untuk menikah dengan Jupri. Tapii… Hah terlalu banyak alasan untuk tidak dapat membatalkannya. Namun semua alasan itu sebenarnya sangat memberatkannya.
“Pak kantor Asti di lantai berapa?” tanya Jupri kepada satpam di lobby. Satpam itu tampak tak mengerti. Apalagi penampilan Jupri sangat mencolok mata. Kemeja putih dengan dasi kupu-kupu merah dan celana biru terang. Hmm…
“Bapak mau ngelamar kerja?”. “Sembarangan kalau ngomong!!!! Udah pake baju bagus begini masa dikira pengangguran?!! Ati-ati aja pacar saya itu kepala di kantor ini! Bapak salah ngomong sama saya, bisa-bisa bapak dipecat sama pacar saya!” ancamnya dengan air liur yang muncrat sampai ke wajah satpam itu. Satpam itu kemudian mengusap wajahnya yang basah akibat air liur Jupri. Lagian banyak sekali kantor di gedung ini. Bisa-bisanya dia mengancam menggunakan pacarnya.
“Begini aja deh! Pacar bapak kepala kantor apa? Di sini nggak cuma satu kantor pak! Nama Asti juga nggak cuma satu di gedung ini!”. Jupri berdecak kesal. “PT Indonesia kreatif!” ujarnya. “Di lantai 15 ya pak!”. Jupri meninggalkan lobby tanpa mengucapkan terima kasih kepada satpam tadi. Satpam tadi geleng-geleng kepala. Kok pacarnya mau sama orang seperti dia batinnya miris.
Jupri memasuki ruangan divisi kreatif sambil membusungkan dadanya. Ia merasa sangat bangga karna sebentar lagi ia akan menjadi suami dari kepala divisi di gedung semewah ini.
“Maaf Anda siapa dan ada keperluan apa?” tanya Tania yang langsung berdiri untuk mencegahnya masuk karna posisi mejanya yang dekat dengan pintu. “Saya mau ketemu kepala divisi di sini!”. “Sudah buat janji?”. “Ngapain saya buat janji sama pacar sendiri?!”. “Pffffttt….” Tania tampak menahan tawanya bebarengan karyawan lain. Batinnya, mabok kali ni orang?! Masa Pak Harvin saking stressnya ditinggal Kyra jadi belok halauan. Lagian kalo belok halauan seleranya nggak gini-gini amat lah haha’ batin Tania geli.