Jupri dan Asti masuk ke dalam rumah Asti. Mereka langsung disambut keluarga masing-masing dengan senyum. Mbah Prapto sang pembaca weton pun sudah hadir. Jupri yang selama perjalanan menekuk mukanya merubah mimik wajahnya menjadi tersenyum. Tapi tidak dengan Asti mukanya masih tertekuk.
“Karna sudah hadir semua kita mulai saja!” ujar Pak Joko memulai. Pak Joko menyerahkan dua lembar kertas ke Mbah Prapto yang tertulis tanggal lahir Asti dan Jupri beserta pasarannya. Mbah Prapto tampak berpikir dan menghitung tanggal baik sesuai dengan tanggal lahir mereka berdua.
Semua keluarga tampak penasaran sambil terus memandangi Mbah Prapto. Mbah Prapto kemudian mengambil kertas kosong dan menuliskan tanggal baik pernikahan mereka beserta pasarannya. “Ini tanggal baiknya!” yang kemudian ia serahkan ke Pak Joko. Pak Joko tampak tersenyum, “Tanggal 12 Oktober tahun ini!”. “Berarti tinggal 4 bulan lagi dari sekarang!” ujar ibu Asti berbinar.
“4 bulan lagi???!” teriak Asti. Semua keluarga menghadapkan pandangannya ke Asti. “Hmmm apa nggak bisa dimundurin lagi? Saya…”. Tiba-tiba ibunya mencolek Asti dan mengedipkan matanya menandakan Asti untuk diam. Rasanya Asti ingin menangis sekarang juga. Ia belum siap jika persiapan pernikahan hanya dilangsungkan 4 bulan saja. Lagi…. Hah ia harus menata hatinya terlebih dulu sebelum menikah dengan Jupri karna hatinya masih terpaut pada Harvin.
“Karna tinggal 4 bulan lagi lebih baik sekarang kita bicarakan masalah penyewaan gedung terlebih dulu bagaimana?!” ujar Pak Joko kemudian. Ayah dan ibu Asti mengangguk setuju. Di saat mereka sedang membicarakan masalah penyewaan gedung terdengar ketokan keras dari luar.