Kadang aku berpikir andaikan hari esok tak datang akan betapa indahnya. Aku merasa tak sanggup untuk menghadapi hari esok. Tak sanggup mendengar tawa cemooh teman-temanku. Sangat sedih rasanya mendengar mereka yang mencemoohku dengan dalih bercanda. Sampai-sampai membuatku menangis dalam diam.
Sebenarnya bukan sesuatu yang salah untuk menangis. Layaknya awan hitam yang akhirnya menetes membasahi bumi dan berangsur digantikan langit biru. Begitu pula dengan menangis. Menangis membuatku menumpahkan rasa amarahku, rasa sedihku dan akhirnya setelah semua tertumpahkan kelegaan yang menyelimutiku.
Perlahan aku menyadari bahwa hari esok adalah suatu berkat dari Tuhan yang seharusnya tak aku sia-siakan dan tak seharusnya aku berkeluh kesah. Layaknya matahari yang terbenam di setiap senja, kesesakanku pun akan menghilang juga. Walaupun kesakitan itu akan terbit lagi layaknya terbitnya matahari namun semua juga akan ada waktunya untuk berakhir.
Seperti dua sisi mata koin, dibalik kesusahan pasti di sisi lain ada kebahagiaan. Apa itu sebenarnya kebahagiaan? Kebahagiaan menurutku adalah ketika aku bisa menjadi diriku sendiri dan bukan menjadi apa yang orang lain inginkan. Yaitu menjadi pribadi yang aku iginkan tanpa harus menyakiti diri sendiri karna ingin menjadi seseorang yang sempurna menurut pandangan orang lain. Contoh kecil kebahagiaanku adalah ketika aku makan apapun yang ingin aku makan. Bukan menyiksa diri sendiri dengan melakukan diet ketat hanya demi mendapatkan pujian dari orang lain yang sebenarnya bukan berasal dari kemauan diri sendiri. Jikalau suatu saat nanti aku diet itu semua karna kemauanku, demi kesahatanku dan bukan karna tuntutan orang lain.