Suara tetesan hujan bisa terdengar di seantero kota. Udara dingin tiba-tiba saja menyeruak, membuat orang-orang yang berjalan di pedestrian harus menyilangkan tangan di depan tubuh mereka. Musim penghujan memang sudah tiba beberapa bulan yang lalu. Tapi semakin hari, intensitas turunnya hujan semakin lebih sering. Padahal empat hari lagi adalah tahun baru. Dan hal itu membuat orang-orang berdoa agar pada saat malam pergantian tahun, hujan tidak turun. Agar mereka semua bisa menikmati pesta kembang api yang meriah.
"Huufffhh..." Gadis itu menghembuskan uap hangat dari dalam mulut ke telapak tangannya. wanita muda itu duduk di dalam sebuah kedai kopi yang sepi. Ia duduk tepat di samping kaca. Sehingga dirinya bisa melihat orang-orang yang berjalan di depan kafe sambil memegang payung. Di matanya ia lihat hujan masih setia turun dan membasahi kota.
Gadis itu berambut hitam sebahu dengan potongan Mermaid Wave yang terlihat cocok dengan bentuk wajahnya yang lonjong. Nama gadis itu adalah, Sierra Sarrafah. Ia menyesap kopi Cappucino hangat yang ada di dalam cangkir. Sierra mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Ia melihat sebuah kata Adhi tertera di layar ponselnya.
"Lo dimana?" ujar Adhi di ujung sana.
Sierra tersenyum, ujung jarinya menyentuh pegangan cangkir. "Kenapa sih, Lo selalu ganggu momen menyenangkan dalam hidup gue. Lo tau gak, sekarang ini gue lagi nikmatin suasa hujan yang turun di malam hari. Sambil menikmati secangkir kopi hangat buatan barista yang lo taksir." Sierra mengucapkannya seakan ia adalah seorang penyair.
Gadis itu sangat menyukai hujan. Terutama hujan yang turun di malam hari. Ia merasa hujan yang turun, bisa membawa kedamaian, Ketentraman. Ia paling suka menghirup aroma rumput basah ketika hujan, dan juga merasakan dinginnya udara yang tercipta karena hujan. Sierra pernah tiga jam berada di atas sebuah bukit yang di tumbuhi oleh rumput hijau. Di atas sana ia hanya duduk di bawah sebuah pohon sambil menikmati hujan yang turun.
Biasanya ketika hujan, ia selalu menjulurkan tangannya dan mencoba untuk membendung air di kedua telapak tangannya. Ia selalu menutup kedua matanya ketika hujan, dan menarik nafas untuk mengisi paru-parunya dengan udara basah yang sejuk. Kesukaannya terhadap hujan sangat di dukung dengan tempat tinggalnya yang berada di kota hujan.
"Lo ada di kafe Partikel Coffee?" ucap Adhi.
Sierra memindahkan ponselnya ke kuping kiri. Ia menatap ke arah luar. Melihat beberapa orang berlarian menghindari hujan. "Iya, lo mau gue bawain kopi apa?"
Di ujung sana Adhi menghela napasnya yang bisa di dengar oleh Sierra. "Gue nelepon lo, bukan buat minta di bawain kopi. Tapi buat ngasih tau, tiga puluh menit lagi lo harus siaran. Jadi mendingan lo cepetan kesini. Dan jangan lupa kopi Americano buat gue," gamblang Adhi lalu menutup sambungan teleponnya.
Sierra tersentak, Karena terlalu menikmati hujan ia jadi lupa kalau malam ini ia harus siaran. Dengan cepat ia berdiri lalu berlari ke arah meja barista. Saat ini gadis itu bekerja sebagai seorang penyiar di radio Gelora FM. Ia menjadi seorang penyiar sudah dua tahun, semenjak ia berumur dua puluh dua tahun. Gadis itu masuk ke gedung radio Gelora. Ia membutuhkan waktu lima belas menit untuk bisa sampai ke gedung itu. Ruang siaran berada di lantai dua. Ia masih mempunyai waktu untuk istirahat sejenak sebelum memulai pekerjaannya.
"Nih," ucapnya, "kopi Americanonya. Masih anget, cocok buat malam yang dingin dan sepi ini." Lagi-lagi ia bicara dengan nada puitis. Mungkin, ini karena ia sudah dua tahun membawakan acara dengan tema Puisi Pengantar Tidur di radio itu.
Adhi tersenyum, ia tidak menyangka sahabatnya itu masih sempat membawakan kopi yang tadi di mintanya. Adhi Radhanta dan Sierra Sarrafah sudah bersahabat sejak duduk di bangku SMP. Dan persahabatan itu tidak hanya mereka berdua saja. Tapi masih ada satu orang lagi yang bernama Nuke Refida. Saat ini Adhi menjabat sebagai produser di radio Gelora. Hal itu sangat tidak mengherankan. Karena memang sebenarnya, radio Gelora FM adalah milik ayahnya.