ME (menemukanmu. Menangisimu. Mencintaimu)

Frasyahira
Chapter #2

DUA

Sierra menunggu bus GoTrans yang merupakan singkatan dari BOGOR TRANSPORTATION. Setelah bus datang ia langsung masuk dan menempelkan kartu tiket elektronik di sebuah mesin, dekat sopir. 

Ia duduk didekat kaca bening yang besar. Tampak air hujan masih menempel di permukaan kaca. Sierra menaruh tas selempang cokelat di atas pahanya. Ia menatap ke arah luar. Memperhatikan suasana malam yang indah karena di hiasi oleh lampu-lampu cantik dari kendaraan dan juga deretan toko di pinggir jalan.

Sierra sudah turun dari bus GoTrans. Ia berjalan menuju area rumahnya. Hujan sudah berhenti sejak tadi tapi, udara masih terasa dingin dan basah. Terdengar suara jangkrik yang nyaring mengiringi perjalan gadis itu. Di bagian kanan terdapat jejeran rumah yang tidak di batasi oleh pagar. Konsep dari perumahan ini sama seperti beberapa perumahan yang ada di America. Semua halaman rumah tidak terdapat pagar pembatas. Sehingga gadis itu bisa langsung melihat ke arah teras. Beberapa kali ia menengok ke belakang. Suasana sangat sepi, hanya ada ia seorang diri di sana. 

Sierra menghentikan langkah kakinya. Ia berhenti di depan sebuah rumah tepat di samping rumahnya. Kenapa lampu lantai dua menyala? Apa ada orang di dalamnya? Tapi sejak kapan? Satahu ia rumah itu sudah kosong lebih dari lima bulan yang lalu. Panghuni sebelumnya sepasang suami istri yang baru saja menikah. Tapi mereka harus pindah karena suaminya di tugaskan oleh kantor tempat ia bekerja ke Meksiko. Sejak sepasang suami istri itu pindah, tidak ada lagi orang yang pernah menyewa rumah itu. Tapi hari ini, ia melihat lampu di kamar lantai dua menyala. Sementara di lantai satu masih gelap gulita.

Mungkin ada orang yang menyewanya? Tapi kenapa tadi siang ia tidak melihat ada truk-truk yang membawa perabotan. Seharusnya kalau ada orang yang menyewa, ia sudah melihat kesibukan orang-orang yang sedang menurunkan perabotan dari dalam truk dan memasukannya ke dalam rumah. Jangankan melihat, mendengar suara berisikpun ia tidak.

Suasana rumah itu masih sepi ketika ia tadi siang keluar rumah. Keadaan rumah itu masih sama seperti tadi siang bahkan hari-hari sebelumnya. Tapi kenapa sekarang ia melihat justru lampu rumah itu menyala. Jangan-jangan ada pencuri! pikir Sierra. Pencuri, tidak mungkin, rumah itu kan kosong. Apa yang mau dicuri? Sierra memikirkan hal-hal aneh di dalam kepalanya.

Sierra menghembuskan napasnya. Ia berusaha menyingkirkan pikiran negatif dari dalam kepalanya. Berpikir positif. Berpikir positif. Ia harus berpikir positif. Bisa saja kan memang sudah ada orang yang menempati rumah itu. Tapi masa iya. Terus kenapa ia tidak melihat apapun. Padahal ia tinggal tepat di sebelah rumah itu. Sierra memukul mukul keningnya dengan telapak tangan. 

Lalu ia tersentak ketika melihat ada cahaya putih yang bergerak di lantai satu. Mata gadis itu melebar. Ia mengerutkan kedua alisnya. Jangan-jangan ada yang mau berbuat mesum? Atau, ada kelompok aliran sesat yang sedang melakukan ritual? Pikiran-pikiran aneh itu kembali muncul. Ia memukul keningnya lagi untuk menyingkirkan pikiran negatif.

Di dorong rasa penasaran, Sierra melangkah dengan hati-hati. Ia berdiri di teras rumah itu sambil celangak-celinguk, takut ada orang yang menuduhnya pencuri. Ia mengintip pada jendela kecil di samping pintu masuk. Jendela itu di pasang kelambu sehingga ia tidak bisa dengan jelas melihat kedalam. Akan tetapi, ia bisa melihat ada seseorang yang berjalan mondar-mandir di dalam kegelapan sambil memegang sebuah senter. 

Jantung gadis itu berdegub cepat. Ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang itu. Yang ia lihat orang itu hanya berjalan kesana kemari sambil menyalakan senternya. Sierra berusaha untuk melihat lebih jelas. Ia mencari celah pada jendela. Tapi kelambu putih tetap menghalangi pandangannya.

Tas selempang yang ia sandangkan di bahu kananya terjatuh hingga menimbulkan suara. Dengan cepat ia langsung mengambilnya dan menengok ke belakang beberapa saat. Ia lalu kembali mengintip ke jendela. Tapi ia tidak melihat orang itu ada di sana. Ia juga tidak melihat lagi ada cahaya dari senter. 

Ruangan itu gelap gulita. Kemana orang itu? Apa dia sudah kabur? Sierra meneropong ke arah dalam. Mencari cari orang yang beberapa saat lalu dilihatnya. Lucu, gadis itu terlihat seperti seorang agen mata-mata yang sedang mengawasi targetnya.

"Ada apa?"

"Aaa...." Sierra berteriak. Ia sangat terkejut dan jatuh terduduk di atas teras. "Aduh, aw," desah Sierra. telapak tangannya nyeri karena terjatuh. Ia melihat pria tinggi besar dan wajahnya tertutup masker putih berdiri di ambang pintu. Pria itu menatap tajam ke arahnya. Cahaya dari senter yang di pegang pria itu di arahkan ke wajah Sierra. Gadis itu menghalangi cahaya senter dengan telapak tangannya. Mata Sierra sedikit menyipit karena silau.

"Ada apa?" tanya pria itu lagi.

Lihat selengkapnya