Malam itu Sierra pulang sendiri. Nuke yang rumahnya berada di samping rumah Sierra harus pergi ke Jakarta untuk bertemu dengan saudaranya. Ia berjalan sendiri, suasananya sedikit gelap. Untunglah hari ini tidak hujan, jadi ia tidak perlu membawa payung. Matanya tertuju kelayar ponsel. Ia melihat foto dari Ammar Ramlie dengan latar belakang danau. Ia merasa sangat yakin pernah melihat danau itu, tapi dimana?
Banyak danau di dunia. Dan Ammar bisa berfoto di danau mana saja. Tapi ia sangat yakin sekali kalau ia mengenali danau itu. Langkah kakinya sedikit ragu, ia merasa ada sesuatu di belakangnya. Apakah ada hantu? Atau perampok? Tidak, tidak, ia tidak boleh berpikir negatif lagi. positif, positif, positif, gumamnya dalam hati.
Tapi... hatinya merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang. Ia merogoh tas selempang berwarna hijau. Ia buru-buru mengambil ponselnya yang baru saja ia masukan ke dalam tas. Hingga tanpa sadar ia menjatuhkan dompet kecil berwarna hitam. Sierra menghidupkan kamera di ponselnya. Ia menggunakan kamera depan, sehingga ia bisa melihat dirinya sendiri dan jalanan di belakangnya.
Mata gadis itu melebar ketika melihat ada seorang pria berlari ke arahnya sambil mengulurkan tangan. Pria itu menyentuh pundak Sierra. Dan dengan cepat Sierra mencengkram erat tangan pria itu. Dan dengan kuat ia membanting tubuh pria itu ke atas aspal jalan.
"Aw... tangan ku." Pria itu meringis kesakitan, lalu berkata, " Ada apa denganmu? Aku hanya ingin mengembalikan dompetmu yang terjatuh."
Sierra mengerenyit ia merasa bersalah. "Maaf, maaf, saya pikir kamu penjahat." Sierra mendengar suara orang itu. Ia merasa orang itu pasti bukan dari Indonesia. Dengan mendengar logatnya ia menduga pria itu pasti dari Malaysia. Suasana sedikit gelap ia belum bisa melihat wajah pria itu. Sierra membantu pria itu berdiri.
"Aw, aw, ssttt. Pelan-pelanlah sedikit," ucap pria itu.
Sierra merangkul pundak pria itu dan membantunya untuk berdiri. Ia melihat wajah pria itu. Sierra terkejut, matanya terbuka lebar. Tanpa sadar ia melepaskan rangkulannya dan membuat pria itu jatuh lagi ke atas aspal. Gadis itu menatap dengan pandangan tak percaya. Apakah benar itu dia? Oh, tidak gue pasti bermimpi. Tapi, itu benar dia. Gue gak mungkin salah, gumam Sierra dalam hati.
"Aww... Hei kau mau membunuhku ya." Ammar merintih kesakitan.
"Ammar Ramlie, benar kau Ammar Ramlie?" tanya Sierra.
Ammar menghentikan rengekannya yang seperti anak kecil. Ia terkejut mengetahui bahwa ada orang yang mengenali dirinya. Tapi, sesaat kemudian ia tersenyum sombong dan mengusap rambutnya dengan penuh gaya. Ia sedikit bangga dengan ketenarannya. Ammar senyum-senyum sendiri. Sierra melihatnya aneh dan mengerutkan dahinya. Ammar melihat Sierra yang menatap aneh kepadanya, lalu ia kembali merintih.
"Aduh, aduh, aduh, tanganku, tulangku, nyawaku, perasaanku."
Sierra antara jengkel dan bingung dengan pria itu. Ia jengkel dengan rengekan Ammar yang seperti anak kecil. Dan bingung, kenapa Ammar Ramlie bisa berada di sini. Tapi sekarang ia jadi tahu dengan foto danau di media sosial milik Ammar, itu pasti danau di belakang rumah, tidak salah lagi.
Dengan banyak pertanyaan di hatinya ia membantu Ammar berdiri dan mengantar kerumahnya. Sierra baru sadar, Ammar mengarahkannya kerumah itu. Rumah yang semalam ia satroni seperti pencuri.
"Jadi yang semalam itu kamu," ucap Sierra, tangannya masih merangkul pinggang pria itu. Sebenarnnya ia sama sekali tidak sadar, kenapa ia harus merangkul pria itu. Yang terluka kan pundaknya bukan kakinya.
Jadi yang semalam itu kamu. Apa maksudnya? Ammar bertanya dalam hatinya. Ia jadi membayangkan apa yang baru saja terjadi malam sebelumnya. "Oh... kau wanita yang semalam mau mencuri ya?" tuduh Ammar.
Mencuri!!! sembarangan saja pria ini, kau pikir aku ini apa?. Sierra menyunggingkan senyum palsu. Pintu sudah di buka dan ia masuk. Ia membantu Ammar duduk di sofa. Ruangan itu masih terlihat kosong. Hanya ada dua buah sofa dan satu lemari kecil. di dinding ada sebuah lukisan abstrak dengan warna-warna pastel. Kali ini lampu di lantai satu sudah menyala. Tidak seperti malam lalu yang gelap gulita.
"Yang semalam itu, saya cuma mau lihat. Soalnya setahu saya rumah ini kosong. Dan kemarin malam saya kaget, melihat lampu di lantai dua menyala. Saya pikir ada pencuri atau ada yang mau berbuat mesum," terang Sierra menjelaskan dengan gamblang.
Pencuri!!!, berbuat mesum!!!, sembarangan saja wanita ini. Kau pikir aku ini pria macam apa? ucap Ammar dalam hatinya.
"Tapi, kenapa kamu ada di sini? liburan?" tanya Sierra.
"Mm... ya bisa di bilang begitu," jawab Ammar, ia masih merasa nyeri di bahunya.
Sierra melihat wajah Ammar kesakitan. Sepertinya pria itu tidak bohong. Gadis itu jadi merasa bersalah. Ia menghela napasnya dan duduk di samping Ammar. Dan berkata, "Soal yang tadi maaf ya, tadi saya pikir kamu perampok."
Kali ini kau menuduhku perampok, selanjutnya apa lagi?
"Iya, saya tau. Saya juga yang salah tiba-tiba menyentuh pundak kamu dari belakang, di suasana gelap seperti tadi," ujar Ammar. Laki-laki itu memegang bahu kanannya. Dan kembali berkata, "Tapi kau kuat juga ya. Bisa membanting pria sepertiku."