Sierra menumpahkan semua isi tas, ke atas lantai di dalam kamarnya. Ia mencari cari dompet kecil hitam miliknya. Astaga!, ia mendengus gadis itu baru tersadar kalau semalam Ammar memegang dompetnya dan belum mengembalikannya. Ia langsung turun dan keluar. Sepertinya gadis itu tidak sadar kalau ia belum berganti pakaian. Sierra masih memakai piyama tidurnya yang berwarna putih dan ada gambar Unicorn di atas kainnya. Gadis itu memencet bel rumah Ammar. Tidak lama pria itu membukakan pintu.
"Sudah siap rupanya," ucap Ammar ia melihat pakaian yang di pakai Sierra dan kembali berkata, "tapi kenapa masih pakai baju tidur?"
Sierra menunduk dan memperhatikan baju yang di pakai olehnya. Napasnya sesak dan jadi berat. Ia malu tapi, mau bagaimana lagi, sudah terlanjur. Gadis itu menadahkan telapak tangan kanannya. "Dompet saya mana?"
"Dompet, oh, belum kamu ambil ya. Pasti ada di atas sofa. Ambil aja," ucap Ammar.
Sierra masuk tanpa permisi. Ia menuju sofa yang semalam ia duduki. Matanya menjelajah mencari dompetnya yang berharga. Ia melihat ke atas sofa berwarna putih yang semalam ia duduki tapi, tidak ada apapun di sana. Ia melihat kesana, kemari tapi belum juga menemukan dompetnya.
"Mana dompetnya? Enggak ada tuh," kata Sierra.
"Semalam aku taruh di atas sofa. Masa gak ada." Ammar ikut mencari. Di saat yang bersamaan mereka membungkuk dan ingin melihat ke kolong sofa. Tapi belum sempat melihat kolong, kepala mereka sudah terbentur. Mereka meringis sakit. Dan mengusap usap kepala mereka.
"Bikin sakit orang itu hobi kamu ya," ucap Ammar.
"Maaf, lagian saya kan mau liat ke kolong"
"Semalam bahu aku, sekarang kepala aku. Besok, besok, apalagi." kata Ammar, masih memegangi kepalanya yang sakit.
Sierra cemberut, bibirnya seperti anak bebek yang menggemaskan. Ia lalu membungkuk, dan berhasil menemukan dompetnya di sana. "Ketemu," ucapnya riang.
Ammar berdiri, "Jadi kapan kita kerumah sakit?" ucapnya.
"Kita!"
"Iya kita, kau dengar kan apa kata Nenek kau semalam."
Sierra mendengus, ia masih ingat apa yang katakan Neneknya. "Kau kan bisa jalan sendiri, tidak perlu di temani olehku."
"Oh, rupanya kau mau lari dari tanggung jawab ya. Baiklah, baiklah, kalau begitu. Selepas dari rumah sakit nanti, aku sekalian pergi ke kantor polisi. aku akan bilang kalau ada gadis ceroboh yang mencoba membunuhku dua kali." Ammar menatap Sierra, mencoba untuk menakutinya.
Dasar orang aneh membunuh apanya, ia bergumam sendiri. "Dua kali membunuhmu. Hei... aku hanya membantingmu sekali," ucap Sierra.
"Itu yang pertama. Dan yang kedua baru saja terjadi, ketika kepala kau yang keras membentur kepala ku. Kalau aku gegar otak bagaimana. Dari benturan kepalamu saja aku sudah tau, kau pasti orang yang keras kepala."
Sierra berkacak pinggang dan mendengus. "Ya benar, aku memang keras kepala. Dan aku juga tau, dari benturan kepalamu. Kau pasti memiliki otak kosong." balas Sierra. Ia menatap Ammar lalu kembali berkata, "Baiklah satu jam lagi kita bertemu. Aku harus siap-siap dulu."
"Ok," sahut Ammar.
*****