Di dalam kafe Nuke dan Adhi sudah duduk di sofa kecil yang berbentuk setengah lingkaran. Ada dua gelas kopi yang terletak di atas meja.
"Ngapain dia kerumah sakit? Siapa yang sakit? Nenek Retno?" Adhi mencecar Nuke dengan pertanyaan yang membuat Nuke risih.
"Santai dong bro, satu-satu nanyanya." Nuke menyedot es cappucino dengan sedotan dan kembali bicara, "Kenapa dia kerumah sakit, gue gak tau. Kedua bukan dia yang sakit. Ketiga Nenek Retno baik-baik aja."
"Oh, baguslah kalau semuanya sehat," ujar Adhi.
"Siapa bilang semuanya sehat. Ada satu yang gak sehat," kata Nuke.
"Oh, ya, siapa?"
"Hati lo."
"Hati gue, kenapa sama hati gue?" tanya Adhi.
"Karena sampai sekarang lo belum berani kenalan sama dia," Nuke menunjuk seorang Barista wanita dengan dagunya, ia lalu kembali berkata, "Hati lo pasti sakitkan, karena penasaran. Gue tau itu sayang," ujar Nuke.
Adhi menyandarkan tubuhnya. Ia melihat seorang Barista wanita yang rambutnya di kuncir sedang membuat kopi. Barista itu tersenyum ramah kepada pelanggan yang datang. "Jangan sok tau deh, lo liat aja nanti tunggu tanggal mainnya," ucap Adhi.
Nuke tersenyum, "Lo udah ngomong kaya gitu dari satu tahun yang lalu Adhi, tapi mana sampai sekarang gak ada perkembangan," kata Nuke.
Satu tahun yang lalu, ketika hujan deras Adhi datang ke kafe ini. Saat itu malam hari, dan suasana di dalam kafe sangat sepi, tidak ada pelanggang saat itu. Mungkin karena kafe itu baru mulai beroprasi satu hari sebelumnya, jadi belum banyak orang yang tahu. Ketika Adhi masuk dan berjalan ke meja barista. Ia melihat Barista wanita itu berdiri, melipat tangan di depan tubuh dan menutup matanya.
Adhi berpikir mungkin barista itu mengantuk. Ia tidak membangunkan barista itu. Adhi hanya menatapnya, lama dan mengamati parasnya yang indah. Perasaannya jadi aneh, jantungnya berdetak lebih cepat. Adhi tersenyum sambil menatap wanita itu. Rasa ingin minum kopinya jadi hilang.
Adhi lalu berjalan ke pintu, dan ketika akan keluar ia membalikan papan nama yang menggantung di pegangan pintu. Ada beberapa orang yang mau masuk langsung terhenti dan berbalik arah. Karena mereka semua melihat papan nama yang menggantung itu tertuliskan kata Closed.