Mereka sudah berada di dalam mobil. Ammar yang tidak mengetahui jalan hanya mengikuti perintah dari Sierra yang sedang menunjukan jalan. Jalanan malam sangat sepi. Hanya ada satu, dua atau tiga mobil saja yang terlihat datang dari arah berlawanan. Lampu-lampu di pinggir jalan masih menyala untuk menerangi jalan yang gelap. Sierra dan Ammar memakai pakaian hangat yang tebal. Sierra memundurkan kursi duduknya.
Ia lalu menyandar sambil menjulurkan kakinya dan ia letakan di atas dasbor. Ammar menyalakan radio dan memilih saluran Gelora FM. Radio itu memutarkan sebuah lagu yang langsung mengisi ruangan dalam mobil. Sierra tersenyum gembira ia bilang pada Ammar bahwa itu adalah salah satu lagu favoritnya. Lagu melow dari penyanyi America itu membuat suasana jadi sedikit sendu.
Sierra menatap Ammar yang sedang memegang kendali. Ia melihat matanya, hidungnya, mulutnya. Entah kenapa rasanya ia tidak ingin berpaling. Ia masih ingin terus melihat wajah laki-laki itu. Ammar melirik sebentar ke arah gadis yang duduk di sebelahnya. Ia sadar bahwa Sierra sedang memperhatikannya. Ammar menarik napasnya lalu menghembuskannya kembali secara perlahan.
"Jangan terlalu lama melihat wajah aku. Kamu tau apa yang terakhir kali terjadi sama perempuan yang terlalu lama menatap wajah aku," kata Ammar.
"Apa?"
Ammar tersenyum. Senyumannya terlihat seperti sedang membanggakan dirinya sendiri. "Dia jatuh cinta," jawab Ammar.
Sierra tertawa kecil, ia berpaling dan menatap ke arah depan. "Lalu apa yang terjadi sama dia sekarang?" tanya Sierra.
Ammar mengerjap-ngerjapkan matanya. Hatinya jadi berdebar. Ia merasa salah bicara. Tidak seharusnya ia membicarakan hal yang akan mengingatkannya pada masa lalu. Laki-laki itu menghela napasnya. Ia merasa tidak nyaman dengan pertanyaan Sierra. Ammar menoleh ke arah Siera sesaat lalu kembali menatap ke arah depan. Gadis itu masih menunggu jawaban dari Ammar.
Sierra melihat mimik wajah Ammar yang berubah tidak nyaman. Ia menangkap ada kegelisahan dari mimik wajah laki-laki yang duduk di sebelahnya. Ammar menepi di pinggir jalan. Ia meminum air dari botol dan mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Kenapa? Pertanyaan aku buat kamu gak nyaman ya," ujar Sierra.
Ammar menggeleng. "Enggak, enggak apa-apa. Aku cuma teringat beberapa kenangan buruk," kata Ammar.
"Maaf ya kalau pertanyaan aku membuat kamu jadi teringat sama kenangan buruk di hidup kamu," kata Sierra
Ammar menghela napasnya, lalu berkata, "Iya gak apa-apa. Kamu gak salah. Aku yang harusnya bisa melupakan semuanya. Tapi sampai sekarang aku masih belum bisa."
"Kenangan buruk berhubungan dengan kegelapan. Kegelapan bisa di singkirkan dengan cahaya. Salah satu cahaya terbesar berasal dari matahari. Mungkin cahaya dari matahari terbit bisa menghilangkan kenangan buruk kamu," kata Sierra ia lalu tersenyum sambil menatap Ammar. Laki-laki itu pun menatap Sierra sambil menyunggingkan sebuah senyuman, mata mereka bertemu. Dan menyiratkan sebuah arti yang berbeda.
Ammar memarkirkan mobilnya. Sudah lebih dari satu jam mereka berkendara, akhirnya mereka sampai di daerah bukit kapur. Dari tempat parkir mereka harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Ammar memakai jaket hitam panjang. Sierra memakai sweater putih dengan gambar kepala kucing di bagian depannya.
Kepalanya di tutupi dengan kupluk merah jambu yang terbuat dari benang wol. Ammar memasang head lamp di keningnya, sementara sierra hanya megenggam sebuah senter. Mereka bergambung dengan orang-orang lain yang sudah berkumpul di sebuah hamparan tanah merah yang biasa di jadikan titik untuk berkumpul.
Ada lebih dari lima belas orang yang berkumpul di sana. Mereka di pimpin oleh seorang pemandu yang memakai topi dan jaket berwarna hijau. Pemandu pria itu memimpin doa sebelum mulai bergerak menuju bukit. Selesai berdoa mereka semua akhirnya mulai mendaki. Semuanya berjalan beriringan. Senter dan head lamp di nyalakan untuk menerangi jalan yang gelap. Suara serangga malam terdengar nyaring mengiringi perjalanan mereka.