Sierra sedang siaran kali ini ia membicarakan soal hubungan yang di landaskan atas dasar paksaan. Gadis itu sesekali memberikan pendapatnya tentang topik yang sedang ia bicarakan. Seakan dirinya adalah seseorang yang ahli dalam dunia percintaan. Ada sebuah headphone hitam yang terpasang di kedua telinganya. Kali ini wanita itu memutarkan lagu dari penyanyi Amerika.
"Hai pendengar setia Gelora fm, sekarang saatnya Sierra membacakan puisi pengantar tidur dari seseorang yang paling banyak di sukai puisinya. Ok puisi ini datang dari Mr. Rain yang sudah beberapa kali belakangan ini mengirimkan karyanya ke radio Gelora fm." Sierra membacakan puisi itu dengan suara yang lembut.
KELIRU
Lampu jalanan mengiringi langkahku.
Senyumu mampu menghentikan langkahku.
Aku berada disini karena melangkahkan kedua kakiku.
Ada satu alasan yang awalnya kupikir benar.
Namun aku keliru. Kamulah alasanku yang sebenarnya.
Namun kini aku tahu kamulah yang mampu membantuku.
Gadis itu tersenyum ketika selesai membaca puisi itu. Ia bersandar sambil menatap kelayar komputer. Gadis itu terlihat sedang melamun namun segera ia tersadar ketika Adhi mengetuk kaca bening yang ada di depan. Laki-laki itu menggerakan jarinya mengajak Sierra untuk keluar ruangan.
"Apa?"
"Kita harus undang Mr.Rain ke acara kita."
"Kenapa?"
Adhi menunjukan kertas-kertas yang berisi email dari para pendengar radio. Email itu berisi kesukaan dari para pendengar radio Gelora fm akan puisi yang dikirimkan oleh Mr.Rain. "Para pendengar kita pengen radio wawancarai Mr.Rain. Mereka semua penasaran dengan sosok dari Mr.Rain.
Sierra menarik napasnya dalam ia sebenarnya tahu siapa sosok di balik Mr.Rain. Tapi ia ragu apakah harus memberitahu Adhi siapa sebenarnya itu Mr.Rain.
"Kenapa kok lo ngelamun," kata Adhi.
"Sebenarnya gue tau siapa Mr.Rain."
Adhi tersenyum lebar. "Serius, siapa?"
"Mm... Ammar."
"Ammar! Ammar Ramlie! Cowok lo!"
Sierra menepuk lengan Adhi. "Dia bukan cowok gue!"
"Tapi lo suka kan. Udahlah itu gak penting yang penting sekarang lo bujuk dia supaya dia mau dateng buat di wawancara di acara puisi pengantar tidur."
"Kalau dia gak mau gimana?"
"Masa dia berani nolak ajakan ceweknya," ujar Adhi.
Sierra mengacungkan kepalan tangannya. "Gue hajar ya."
Adhi kabur berlari kelantai satu. Sementara Sierra berkacak pinggang sambil menghela napasnya. Ia lalu kembali masuk ke ruang siaran masih ada dua segmen lagi yang harus ia bawakan.
*****
Sierra berjalan di komplek perumahannya. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, hari sudah malam jam itu menunjukan pukul sebelas tiga puluh malam. Angin malam berhembus pelan membawa udara dingin yang membuat bulu kuduk gadis itu berdiri. Apakah ada hantu, tidak Sierra menggelengkan kepalanya itu hanya karena ia merasa kedinginan.
Gadis itu berjalan di depan rumah Ammar. Ia menghentikan langkahnya. Sepertinya laki-laki itu belum pulang. Ia tidak melihat ada mobil amar di sana. Gadis itu perlahan berjalan menuju pintu depan rumah Ammar. Ia lalu mengintip melalui jendela kecil di samping pintu. Lampu ruang tengah menyala tapi sepertinya ia belum pulang.