ME (menemukanmu. Menangisimu. Mencintaimu)

Frasyahira
Chapter #17

TUJUH BELAS

Di lokasi syuting Ammar terlihat sedang beradu akting dengan seorang aktris indonesia. Hari ini Ammar beradegan sedang memergoki aktris itu berselingkuh dengan suami orang. Laki-laki itu menyelesaikan aktingnya dengan baik. Ia lalu menghampiri Rayyan yang sedang duduk sambil menatap ke layar ponsel.

"Yan hari sabtu ini aku libur kan. Gimana kalu kita main futsal ajaklah teman-teman kau. Teman laki-lakiku kan di sini hanya kau dan Adhi saja."

"Hari sabtu ini aku gak bisa. Aku mau pergi nonton teater dengan Sierra." Mata Rayyan masih menatap layar ponselnya.

"Teater? Dengan Sierra?" Mata Ammar mengerjap. Ada sesuatu yang ia rasakan berbeda. Ia merasa harusnya dirinyalah yang pergi nonton teater dengan Sierra bukan Rayyan. Ammar hanya meangguk pelan ia lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Hari sudah larut Sierra terbaring di atas ranjangnya. Tubuhnya di tutupi oleh selimut tebal. Udara terasa sangat dingin padahal ia tidak menyalakan pendingin ruangan yang ia beli lima tahun lalu. Mata gadis itu berusaha terpejam namun pertanyaan Nuke tadi siang seakan menghantui pikirannya.

Diantara kedua cowok itu, mana yang menarik perhatian lo. Sierra menghela napasnya sudah tiga puluh menit sejak ia berbaring namun matanya belum juga mau terpejam. Nuke gadis itu sudah membuat Sierra sulit untuk tidur. Sekarang dirinya mala memikirkan pertanyaan dari sahabatnya itu. Sierra menatap langit-langit kamarnya. Siapa yang paling menarik perhatiannya ia sendiri bingung. 

*****

Nuke berlari kecil ke arah pintu depan rumahnya. Tadi ada seseorang yang mengentuk beberapa kali. Ia membuka pintu itu dan melihat Ammar sudah berdiri di teras rumahnya.

"Ammar, ada apa?"

Laki-laki itu tersenyum ia memperlihatkan dua tiket pertunjukan teater. "Apa kamu mau menemani saya nonton teater." 

Nuke tersenyum mendengar Ammar bicara dengan bahasa Indonesia yang masih kaku. "Kenapa gak ngajak Sierra aja?"

"Gadis itu? Dia sudah ada janji dengan Rayyan jadi dia akan pergi berdua saja dengan laki-laki itu."

Nuke menatap wajah Ammar yang terlihat sedikit menyiratkan mimik ketidaksukaan akan sesuatu hal. "Kenapa ekspresi wajah kamu seperti itu. Seolah kamu begitu tidak suka mengetahui kalau Sierra pergi dengan pria lain."

"Oh, enggak saya cuma... cuma..." Ammar bingung untuk mencari alasan yang tepat. "Jadi intinya kamu mau atau tidak."

"Iya, iya saya mau."

"Ok kalau begitu nanti malam aku jemput ya."

Sierra membuka pintu depan rumahnya. Ia lalu berjalan ke teras dan menggeliatkan tubuhnya. Sinar matahari pagi menyilaukan mata gadis itu. Ia secara tidak sengaja melihat ke arah rumah Nuke. Matanya mengerjap beberapa kali. Ia lihat Ammar dan Nuke sedang mengobrol di teras. Sierra mendecakan lidahnya untuk apa sih Ammar pagi-pagi sudah kerumah seorang wanita, dasar laki-laki hidung belang pikir gadis itu sambil menyunggingkan bibirnya.

Sierra memalingkan wajahnya dengan cepat ketika aksinya di ketahui oleh Ammar. Laki-laki itu berjalan pergi dari rumah Nuke. Ia melewati depan rumah Sierra sambil terus menatap Sierra yang sedang berpura-pura olahraga. Ammar menatap gadis itu sambil tersenyum tanpa berkata apapun.

"Kenapa sih dia itu. Senyum-senyum gak jelas dasar aneh," gumam Sierra.

*****

Lihat selengkapnya