Sierra berjalan menuju teras rumah Ammar sekarang sudah jam sepuluh pagi. Ia mau menengok Ammar semalam dirinya sudah mengobati luka di wajah laki-laki itu. Ia melihat pintu rumah Ammar terbuka gadis itu mengintip sedikit ia tidak melihat ada siapapun di dalam. Ia lalu masuk dan berjalan ke ruang tengah ada sebuah televisi yang menyala. Tapi tidak ada siapapun di sana.
Kupingnya mendengar ada aktifitas yang terjadi di dapur. Ia melangkah ke dapur dan melihat Ammar sedang duduk di depan meja makan. Tapi bukan itu yang menjadi perhatiannya. Ia juga melihat ada Nuke yang sedang menyajikan makanan pada Ammar.
"Ra, ayo masuk sekalian kita sarapan bareng," kata Nuke.
Sierra tersenyum ia sedikit ragu namun akhirnya ia duduk di depan Ammar. "Luka kamu udah gak apa-apa?"
Ammar meletakan sendok di atas piring. "Kenapa khawatir ya. Jagoan kaya saya tuh gak bakalan kenapa-napa kalau cuma di pukul sama orang kaya gitu."
"Jagoan apanya. Yang jagoan itu Rayyan. Coba kalau gak ada dia kamu pasti udah tinggal nama."
Ammar mengarahkan sendok ke hadapan Sierra. "Kamu pengen saya cepet mati ya. Kamu pengen saya dateng jauh-jauh ke sini cuma buat mati konyol."
Nuke datang membawakan nasi goreng dan meyerahkannya pada Sierra. "Pagi-pagi jangan berantem. Pamali kata orang jaman dulu kalau pagi-pagi berantem bakalan jauh dari jodoh."
Ammar bersandar pada kursi. Ia meminum air putih yang ada di gelas. "Tapi makasih ya."
"Makasih? Makasih buat apa?"
"Karena sudah meyembuhkan lukaku."
"Luka di muka kamu kan kan gak seberapa."
Ammar tersenyum ia mengetuk-ngetuk dadanya dengan jari telunjuknya. "Bukan yang di muka tapi yang di sini."
Sierra melihat jari yang di arahkan Ammar ke jantungnya. Ia berpikir apa sih maksud dari orang itu. Apa Ammar menderita penyakit jantung atau ada maksud lain dari perkataannya itu.
"Jantung kamu?" kata Sierra masih bingung.
"Mungkin lebih tepatnya hati saya," ucap Ammar.
"Kamu tuh lagi ngegombal atau lagi ngerayu sih. Aneh tau gak ngeliatnya."
Nuke berdiri di dekat kompor ia melipat kedua tangannya di depan dada. Gadis itu melihat obrolan Sierra dan Ammar yang terlihat seru. "Kalian berdua tuh lucu deh kalau lagi berdebat gitu. Gemes gue liatnya."
Sierra mendengus. "Iya lo gemes tapi gue yang kesel. Udah ah gue pulang dulu." Gadis itu beranjak pergi dari sana hatinya merasa sedikit kesal.
*****
APAKAH
Aku katakan padanya dia telah menyembuhkan hatiku.
Aku katakan padanya terima kasih.
Aku si laki-laki yang tidak memiliki keberanian.
Bibirku kelu. Bibirku beku.
Hatiku... kosong.
Ada yang harus mengisinya.
Apakah itu dia.
Atau...
Apakah itu kamu...