Nenek Retno membuka kotak surat yang ada di depan rumahnya. Ada empat buah amplop yang berwarna putih, cokelat dan hitam. Ia kembali masuk kedalam rumahnya sambil memeriksa amplop-amplop itu.
"Ra ini kayanya buat kamu," ucap Nenek Retno menyerahkan sebuah amplop berwarna hitam pada cucuknya yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi.
Sierra mengambil amplop hitam itu yang di bagian depannya tertulis The Amazing of Reunion. Ia lantas membukanya dan isi dari surat itu. Wajahnya menyeringai sesaat setelah membacanya. Amplop itu berisi undangan terbuka kepada semua alumni SMA GOINTRA Bogor yang akan mengadakan reunian. Ia lantas mengambil ponselnya dan menghubungi Nuke.
"Ke... lo dapet undangan gak... oh dapet... ok gue telepon Adhi... iya, iya kesini ya." Ia menutup panggilan itu lalu menghubungi sahabatnya yang lain Adhi. Sierra menyuruh Adhi untuk datang ke rumahnya. Dan laki-laki itupun dengan sedikit terpaksa menurutinya padahal sebenarnya ia masih ingin tidur di kasurnya yang empuk.
*****
Ammar dan Rayyan duduk di sofa. Tangan kanan Ammar di julurkan di atas sofa tepat di belakang kepalan Rayyan. Ammar menatap laki-laki yang ada di sampingnya dengan lembut.
"Jadi bagaimana apa kau mau menjadi kekasihku?" tanya Ammar.
Rayyan menelan ludahnya. "Iya tentu saja aku mau."
Kedua pria itu tersenyum sambil saling tatap namun itu tidak bertahan lama. Ammar dan Rayyan tertawa mereka merasa geli dengan apa yang baru saja mereka lakukan.
"Tidak bisa, tidak bisa. Aku tidak mungkin berlatih adegan ini dengan kamu," ucap Ammar tangan kirinya memegang naskah dari tv series yang ia sedang ia perankan. Sebenarnya tadi Ammar meminta bantuan Rayyan untuk berlatih dialog dengannya.
"Iya benar saya geli kalau harus menatap mata kamu dengan tatapan yang sangat mesra," ujar Rayyan.
"Lebih baik aku minta bantuan Sierra saja. Dia pasti mau membantuku."
"Sierra?" Rayyan menekan kedua bibirnya seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.
"Iya Sierra, kenapa?"
Rayyan menggeleng. "Oh, enggak kenapa-napa itu ide yang bagus."
Bel rumah Ammar berdering tapi malah Rayyan yang bangkit dari duduknya berjalan ke pintu depan. Ia membuka pintu dan melihat seorang wanita cantik berkulit putih dengan warna bibir merah ceri berdiri di atas teras.
"Ya," kata Rayyan.
Wanita itu tersenyum manis. Ia bicara dengan logat Melayu. Rayyan langsung tahu kalau wanita itu pasti berasal dari Malaysia.
"Apa benar ini tempat tinggalnya Ammar?"
"Iya betul. Maaf anda siapa?"
Wanita itu mengulurkan tangannya dan Rayyan langsung menyambutnya. Lembut itu kesan kedua yang Rayyan tangkap ketika menyentuh tangan wanita itu.